Rabu 09 Jun 2021 21:40 WIB

Stasiun Klimatologi: Sebagian Sumsel Masuki Musim Kemarau

Stasiun Klimatologi menyatakan sebagian Sumsel masuki musim kemarau.

Ilustrasi Kemarau
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Kemarau

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Stasiun Klimatologi Kenten Palembang menyatakan sebagian Wilayah Sumatera Selatan terpantau sudah mengalami musim kemarau. Untuk itu, seluruh pihak diminta waspada terhadap potensi kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan.

Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Kenten Palembang, Nandang Pangaribowo, mengatakan wilayah yang telah masuk kemarau berada di zona musim 35 yakni Kabupaten OKI bagian barat, sebagian Banyuasin dan sebagian OKU. "Perkiraan wilayah Sumsel 100 persen mengalami kemarau pada Agustus atau saat puncak musim kemarau," ujarnya, Rabu (9/6).

Baca Juga

Menurutnya, musim kemarau di Sumsel normalnya memang masuk dari tiga wilayah itu, selanjutnya ke arah Sumsel bagian tengah-selatan lalu bagian barat sesuai pergerakan Angin Monsun Australia yang membawa angin kering. Pihaknya memperkirakan musim kemarau 2021 lebih kering dibandingkan 2020 dengan sifat hujan normal 0-100 mm, serta tidak sekering musim kemarau 2019 yang menyebabkan ratusan ribu lahan terbakar.

Selain itu pada saat kemarau suhu udara pada siang hari berkisar 28-34 derajat celsius sehingga masyarakat perlu melindungi diri dari panas saat beraktifitas. "Pada malam hari suhu udara juga terasa agak panas akibat perpindahan posisi matahari dari selatan menuju utara yang membuat panjang gelombang panas matahari menjadi lebih dekat," kata Nandang.

Sementara saat ini wilayah Sumsel bagian barat yang didominasi lahan gambut mulai mengalami kekeringan akibat kurangnya curah hujan, sehingga perlu diwaspadai kemunculan titik panas. Sedangkan Sumsel bagian timur yang berdekatan dengan bukit barisan seperti Kabupaten Empat Lawang, OKU Selatan, Lahat, Lubuklinggau, Musi Rawas dan Muratara masih mengalami hujan hampir setiap hari.

"Wilayah Bukit Barisan bersebelahan dengan Samudera Hindia sehingga masih banyak terjadi konvergensi dan belokan massa udara, jadi potensi hujan masih cukup," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement