Rabu 09 Jun 2021 20:51 WIB

Tak Ada Batasan Usia, Pengunjung Taman Jurug Naik Signifikan

Pada momen Lebaran batasan usia diturunkan menjadi di atas 5 tahun.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pengunjung didampingi petugas memandikan dan memberikan makan gajah koleksi Solo Zoo atau Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) di Solo, Jawa Tengah, Ahad (6/6/2021). Kegiatan tersebut digelar sebagai perayaan HUT ke-12 gajah koleksi Solo Zoo Manohara.
Foto: Maulana Surya/ANTARA
Pengunjung didampingi petugas memandikan dan memberikan makan gajah koleksi Solo Zoo atau Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) di Solo, Jawa Tengah, Ahad (6/6/2021). Kegiatan tersebut digelar sebagai perayaan HUT ke-12 gajah koleksi Solo Zoo Manohara.

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Pemerintah Kota (Pemkot) Solo telah memberikan pelonggaran bagi mal dan tempat wisata untuk dikunjungi masyarakat tanpa batasan usia per 1 Juni 2021. Kebijakan itu berdampak pada jumlah pengunjung di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) yang meningkat signifikan.

Direktur TSTJ, Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso, mengatakan, saat ada batasan usia di atas 18 tahun, jumlah pengunjung di TSTJ hampir tidak ada. Kemudian, adanya pelonggaran bagi warga di atas 15 tahun, jumlah pengunjung di TSTJ pada akhir pekan sekitar 50-100 orang.

Selanjutnya, pada momen Lebaran batasan usia diturunkan menjadi di atas 5 tahun cukup meningkatkan kunjungan di TSTJ. Pada akhir pekan saat libur Lebaran jumlah pengunjung bisa mencapai 3.400-an orang.

"Saat ini, tingkat kunjungan rata-rata kami sudah mencapai 200-500 orang per hari. Sabtu-Ahad sudah 1.500-3.000 orang. Jadi sudah ada peningkatan," kata Bimo kepada wartawan, Rabu (9/6).

Meski demikian, TSTJ tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan Surat Edaran (SE) Wali Kota Solo. Dalam SE disebutkan jumlah pengunjung maksimal 50 persen dari kapasitas total. Bimo menyebut, kapasitas TSTJ bisa mencapai 21 ribu orang. Jika diambil 50 persen, maka hanya 10.500 orang. Namun, realisasi selama pandemi Covid-19 jumlah pengunjung tak pernah lebih dari 5.000 orang.

"Kalau misalnya sudah 5.000 orang, nanti kami sistem buka tutup, jadi mengalir. Tapi pada praktiknya hari Ahad kemarin itu hanya 3.000 orang, masih di ambang batas kami untuk masalah kerumunan," ungkapnya.

Bimo menambahkan, dari hasil evaluasi penerapan protokol kesehatan pengunjung dinilai sudah bagus. Para pengunjung sudah memakai masker, mencuci tangan sudah, dan dicek suhu tubuh. Namun, ketika sudah masuk ke dalam kadang-kadang bergerombol antarkelompok. Karenanya, petugas kerap mengingatkan pengunjung yang bergerombol antarkelompok secara langsung maupun pengeras suara.

Menurut Bimo, dengan adanya peningkatan kunjungan itu operasional TSTJ terbilang setengah normal. Dia berharap, operasional TSTJ mulai stabil lagi. Selama ini, operasional TSTJ telah dibantu Pemkot melalui anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) untuk keperluan pakan satwa dan honor petugas konservasi.

"Kemarin BTT untuk Maret, April, Mei sudah selesai. Ini kami sedang mengajukan untuk bulan selanjutnya sampai Desember karena situasinya belum terprediksi," imbuh Bimo.

Di samping itu, TSTJ juga melakukan berbagai strategi untuk menjaga kestabilan operasional. Tahun lalu, TSTJ menjual tiket presale yang terjual hingga puluhan ribu lembar. Strategi lainnya, melalui kerja sama dengan CSR perusahaan swasta maupun BUMN.

Salah satunya, bantuan dari PT Surveyor Indonesia berupa 100 paket sembako bagi karyawan TSTJ. Penyerahan bantuan dilakukan oleh Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis PT Surveyor Indonesia, Rosmanindar Zulkifli, kepada Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, Balai Kota Solo, Rabu (9/6). Selanjutnya, paket sembako tersebut akan didistribusikan kepada para karyawan TSTJ yang terdampak pandemi Covid-19.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement