Rabu 09 Jun 2021 20:31 WIB

Israel: Pawai Sayap Kanan Bisa Digelar di Kota Tua Yerusalem

Sejumlah kelompok sayap kanan Israel telah merencanakan prosesi pengibaran bendera

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Pendukung partai sayap kanan Israel. Sejumlah kelompok sayap kanan Israel telah merencanakan prosesi pengibaran bendera. (ilustrasi).
Foto: tlv1.fm
Pendukung partai sayap kanan Israel. Sejumlah kelompok sayap kanan Israel telah merencanakan prosesi pengibaran bendera. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Para pejabat Israel mengatakan pada Selasa (8/6) akan mengizinkan aksi pawai sayap kanan di Kota Tua Yerusalem untuk berlangsung pekan depan di bawah kondisi tertentu, satu hari setelah polisi menutup rute aktivitas tersebut yang ditakutkan akan memantik kembali konflik antara Israel dan warga Palestina di Gaza.

Sejumlah kelompok sayap kanan Israel telah merencanakan prosesi pengibaran bendera melalui Gerbang Kota Tua Damaskus yang dibatasi tembok ke dalam kawasan Muslim pada Kamis. Rencana ini memicu peringatan dari penguasa Gaza Hamas akan ketegangan yang kembali muncul jika itu berlangsung.

Baca Juga

Kelompok-kelompok ultra-kanan membatalkan aksi pada Kamis usai kepolisian menolak izin untuk mereka. Namun usai pertemuan kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Selasa, kantornya mengatakan telah setuju kegiatan tersebut dapat berlangsung jika para penyelenggara dan polisi mencapai kesepakatan. Isu utamanya adalah rute.

"Parade ini akan berlangsung pada Selasa (15/6) dalam format yang disepakati antara polisi dan para penyelenggara parade," kata sebuah pernyataan dari kantor Netanyahu.

Netanyahu menghadapi akhir dari kekuasaannya yang lama Ahad besok ketika legislatif negara itu dijadwalkan untuk memberikan suara untuk menyetujui pemerintah dari berbagai partai yang datang bersama untuk menggulingkannya. Jika pemungutan suara itu berhasil, terserah kepada calon perdana menteri Naftali Bennett dan mitranya pemimpin oposisi Yair Lapid untuk memutuskan apakah akan melanjutkan pawai.

"Parade bendera telah ditunda hingga 15 Juni, dua hari setelah pemerintah dilantik, yang berarti itu akan membuat Naftali Bennett pusing," ungkap Tal Schneider, seorang reporter politik terkemuka Israel, di Twitter.

Ketegangan kemungkinan akan tetap tinggi di Yerusalem, terlepas dari apakah pawai tersebut akan dilanjutkan atau tidak. Protes telah berkobar di area Yerusalem Timur, Sheikh Jarrah, di mana beberapa keluarga Palestina menghadapi kemungkinan penggusuran setelah pengadilan Israel menerima klaim tanah pemukim Yahudi.

Anggota parlemen sayap kanan Itamar Ben-Gvir menolak penundaan pawai sebagai sikap "menyerah pada Hamas". Ben-Gvir mengatakan di Twitter bahwa dia masih akan tiba pada hari Kamis di Kota Tua Yerusalem dan berbaris dengan bendera Israel.

Pawai yang semula akan dilangsungkan pada 10 Mei itu ditunda kembali pada menit terakhir. Sebelumnya ketegangan di Yerusalem telah menyebabkan Hamas menembakkan roket, sementara Israel melakukan serangan udara, dalam pertempuran lintas perbatasan paling serius selama 11 hari dalam beberapa tahun terakhir, dan berhenti setelah tercapai gencatan senjata yang rapuh.

Israel mencaplok Yerusalem Timur, dalam sebuah langkah yang belum mendapat pengakuan internasional, setelah merebut wilayah itu dalam perang Timur Tengah 1967. Israel menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya. Palestina menyatakan Yerusalem Timur menjadi ibu kota negara yang akan mereka dirikan di Jalur Gaza dan Tepi Barat yang diduduki Israel.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement