Selasa 08 Jun 2021 18:50 WIB

Myanmar Bela Langkah Negaranya Tanggapi Krisis

ASEAN menekan junta Myanmar untuk menerapkan perjanjian regional

Red: Nur Aini
Demonstran menunjukkan salam tiga jari dalam aksi menentang kudeta militer di Mandalay, Myanmar pada 3 Mei 2021.
Foto: EPA
Demonstran menunjukkan salam tiga jari dalam aksi menentang kudeta militer di Mandalay, Myanmar pada 3 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYITAW -- Menteri luar negeri junta Myanmar, Wunna Maung Lwin, membela langkah yang akan diambil penguasa negara itu untuk memulihkan demokrasi. Hal itu berdasarkan laporan media pemerintah, Selasa (8/6). 

Sikap tersebut ditegaskan setelah pertemuan, yang di dalamnya negara-negara lain anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menekan junta untuk menerapkan perjanjian regional yang dimaksudkan untuk mengakhiri krisis. Junta tidak terlalu mengindahkan tuntutan dari ASEAN untuk menghormati "konsensus" yang disepakati pada akhir April 2021 untuk mengakhiri kekerasan dan junta mengadakan pembicaraan politik dengan lawan-lawannya.

Baca Juga

Para menteri luar negeri ASEAN menyatakan kekecewaannya pada pertemuan di China pada Senin (7/6) atas kemajuan "sangat lambat" yang dibuat oleh Myanmar pada proposalnya untuk mengakhiri kekacauan sejak tentara menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.

Media pemerintah mengutip Wunna Maung Lwin,menteri luar negeri yang ditunjuk junta, yang mengatakan pada pertemuan para menteri luar negeri ASEAN-China bahwa militer telah membuat kemajuan pada peta jalan lima langkah yang dibuat oleh junta untuk Myanmar. Peta itu diungkapkan oleh militer setelah melakukan kudeta.

"Menteri (Wunna Maung Lwin) memberi tahu pertemuan (ASEAN-China) itu bahwa satu-satunya cara untuk memastikan sistem demokrasi yang disiplin dan murni adalah melalui lima poin program masa depan yang dideklarasikan pada Februari," kata surat kabar Global New Light of Myanmar.

Maung Lwin mengatakan bahwa sebagian besar dari poin-poin itu telah dipenuhi, termasuk langkah-langkah pencegahan Covid-19 dan pembentukan komisi pemilihan baru untuk dugaan penipuan selama pemilihan umum pada November 2020 --yang dimenangkan oleh partai Suu Kyi, menurut surat kabar itu. Pihak militer membela aksinya dalam merebut kekuasaan, setelah satu dekade langkah tentatif Myanmar menuju demokrasi, dengan mengatakan komisi pemilihan umum yang lama telah mengabaikan pengaduannya tentang kecurangan pemilu.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement