Selasa 08 Jun 2021 15:26 WIB

Cerita Alumnus BIPA UMM Jadi Konsultan di KBRI

Di KBRI, Boramey sering membantu WNI terkait permasalahan di Kamboja.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UMM.
Foto: Dokumen.
Kampus UMM.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Theng Chanboramey merupakan salah satu warga asing yang tertarik dengan bahasa dan kebudayaan Indonesia. Hal ini yang membuatnya sempat menjadi mahasiswa Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Ia mulai tertarik dengan budaya Indonesia sejak iseng mengikuti kelas gratis bahasa Indonesia di KBRI Kamboja. Awalnya diajak seorang teman hingga akhirnya ia tahu berbagai program yang ada di KBRI Kamboja.

Boramey dikenalkan dengan kebudayaan Indonesia yang begitu menarik seperti pentas seni budaya Indonesia serta mencicipi makanan-makanan khasnya.  "Selain itu, KBRI juga sering memberitahu tentang beasiswa-beasiswa yang tersedia,” kata Boramey.

Usai mengetahui informasi tersebut, dia memutuskan untuk mendaftar beasiswa ke UMM. Ia mendaftar diri dalam program belajar bahasa dan budaya Indonesia selama satu tahun di BIPA UMM. Setelah pengumuman lolos, Boramey semakin giat untuk mempelajari lebih dalam terkait bahasa Indonesia.

Ia juga mengaku keputusannya untuk mendaftar ke UMM bukan tanpa alasan. Boramey memang berniat mencari tempat tenang dan dingin untuk proses belajarnya di Indonesia. Selain tempatnya yang stategis, pihak kampus juga sangat memperhatikan mahasiswa asing yang belajar di UMM.

"Saya ditemani untuk mencari kos yang murah dan nyaman serta diajak berkeliling Kota Malang untuk lebih mengetahui tentang budaya Indonesia,” kata wanita asal Kamboja tersebut.

Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Kamboja ini tak menampik pengalaman satu tahunnya di Indonesia, khususnya UMM sangat berarti. Dia bertemu dengan orang-orang baru, kebudayaan baru, dan kebiasaan baru. Pada akhirnya, pengalamannya tersebut membantunya untuk bekerja di KBRI Kamboja sekarang.

Di KBRI, Boramey sering membantu Warga Negara Indonesia (WNI)  terkait permasalahan di Kamboja. Hal ini karena pengalamannya selama di Indonesia sangat membantu dia untuk memahami mereka. Ia berharap BIPA UMM bisa terus mencetak para penutur bahasa Indonesia yang andal ke depannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement