Selasa 08 Jun 2021 09:41 WIB

Klaim Covid Terkendali Saat Tren Total Kasus Harian Menanjak

Pada Senin (7/6) dilaporkan 6.993 kasus baru, tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Mobil ambulans memasuki area Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta, Senin (7/6). Jumlah pasien positif Covid-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran berdasarkan data pada Senin 7 Juni 2021 pukul 08.00 WIB mencapai 2.734 orang atau mengalami kenaikan bed occupancy ratio (BOR) dari 15,02 persen menjadi 45,6 persen. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Mobil ambulans memasuki area Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta, Senin (7/6). Jumlah pasien positif Covid-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran berdasarkan data pada Senin 7 Juni 2021 pukul 08.00 WIB mencapai 2.734 orang atau mengalami kenaikan bed occupancy ratio (BOR) dari 15,02 persen menjadi 45,6 persen. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Dessy Suciati Saputri, Antara

Prediksi lonjakan kasus pascalibur lebaran terus menjadi kenyataan berdasarkan statistik data Satgas Pananganan Covid-19. Pada Senin (7/6) dilaporkan ada 6.993 kasus baru, menjadi yang tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

Baca Juga

Setelah sempat mencapai angka 7.264 kasus baru Covid-19 dalam sehari pada 4 Maret 2021, Indonesia selanjutnya sempat merasakan pelandaian tren pandemi yakni konsisten dengan penambahan kasus harian di level 4.000-5.000 kasus per hari. Namun dalam dua pekan terakhir, grafik kasus kembali naik.

Selang dua pekan setelah Lebaran, pemerintah mencatat ada kenaikan kasus sebesar 56,6 persen. Meski begitu, angka ini masih lebih rendah dibanding kenaikan kasus pasca-Lebaran tahun 2020 lalu, yakni 65,5 persen.

Pulau Jawa sendiri berkontribusi terhadap separuh dari kasus aktif nasional, tepatnya 52,4 persen. Ada lima provinsi yang menyumbang 65 persen keseluruhan jumlah kasus aktif nasional, yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Papua, dan Riau.

Angka kematian akibat Covid-19 juga masih tinggi. Bahkan, jika dilihat dari grafik, ada kecenderungan naik dalam satu bulan terakhir. Pada Senin (7/6), dilaporkan ada 191 orang meninggal dunia dengan status positif Covid-19. Sudah tiga pekan berlalu sejak penambahan kematian harian di bawah angka 100 orang.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, kenaikan kasus Covid-19 pasca libur Idul Fitri lalu masih akan terjadi hingga akhir Juni atau awal Juli nanti. Puncak kenaikan kasus, lanjutnya, biasanya terjadi pada 5-7 minggu pascaperiode libur panjang.

“Jadi perkiraan kita, kita masih akan melihat adanya kenaikan kasus ini sampai akhir bulan ini atau awal bulan depan, dengan persiapan yang sudah kita lakukan,” jelas Menkes Budi saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (7/6).

Dampak dari periode libur panjang lalu meningkatkan angka keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di berbagai rumah sakit di daerah. Kendati demikian, Menkes menegaskan pemerintah telah menyiapkan 72 ribu tempat tidur isolasi bagi para pasien positif Covid-19.  

Budi mencatat terjadinya kenaikan jumlah keterisian tempat tidur isolasi di rumah sakit. Hingga saat ini, jumlah keterisian tempat tidur isolasi meningkat menjadi 31 ribu tempat tidur.

“Pada saat tanggal 18 Mei baru terisi sekitar 22 ribu, sekarang memang ada kenaikan sampai ke 31 ribu. Tetapi alhamdulillah kita masih memiliki cadangan tempat tidur isolasi yang cukup, 72 ribu dan 31 ribu sudah terisi,” kata dia.

Senada dengan Menkes, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto juga memprediksi tren kenaikan kasus Covid-19 akan berlangsung hingga setidaknya hingga dua pekan ke depan.

"Nah kalau kita lihat bahwa disampaikan juga bahwa sesudah liburan Idul Fitri diperkirakan akan ada tetap kenaikan dalam dua minggu ke depan," ujar Airlangga, Senin.

Kendati risiko peningkatan kasus Covid-19 di depan mata, Airlangga memastikan bahwa perkembangan konfirmasi kasus harian dan kasus aktif di Indonesia masih terkendali. Ia mengeklaim bahwa, skema penyekatan yang dilakukan TNI-Polri di titik-titik pemeriksaan pemudik cukup efektif menekan lonjakan kasus.

"Secara umum, perkembangan konfirmasi harian dan kasus aktif masih terkendali dan berterima kasih kepada jajaran TNI-Polri bahwa penyekatan selama Lebaran dan pascaLebaran telah berjalan dengan optimal," ujar Airlangga.

Airlangga memaparkan, sejumlah parameter penanganan Covid-19 di Indonesia juga masih lebih baik dari rata-rata dunia. Tingkat kasus aktif per 6 Juni sebesar 5,3 persen masih lebih baik dari kasus aktif global yang mencapai 7,5 persen.

"Kesembuhan 91,9 persen, lebih baik dari global yang 90,3 persen. Kematian memang masih tinggi dari global, yaitu 2,8 (persen) dibanding 2,1 (persen)," katanya.

Selain itu, jumlah kasus mingguan per satu juta penduduk di Indonesia yang berada pada angka 147 kasus per satu juta penduduk juga masih relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara lain. Misalnya, Malaysia yang berada pada 1.607 kasus per satu juta penduduk, India 662 kasus per satu juta penduduk, dan Prancis 731 kasus per satu juta penduduk.

Terkait dengan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit atau bed occupancy ratio (BOR), Airlangga menjelaskan bahwa rata-rata nasional kini berada pada angka 40 persen. Adapun lima provinsi yang memiliki angka BOR di atas 50 persen yaitu Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, Jambi, dan Riau.

In Picture: Kasus Covid-19 di Kota Bandung Melonjak

photo
Sejumlah petugas mengenakan alat pelindung diri (APD) menggotong peti jenazah dengan protokol Covid-19 di TPU Cikadut, Jalan Cikadut, Mandalajati, Kota Bandung, Senin (7/6). Berdasarkan hasil data yang dihimpun dari situs covid19.bandung.go.id hingga (6/6) pukul 19.25 WIB tercatat kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kota Bandung sudah mencapai 20.003 kasus dan angka kematian akibat Covid-19 sebanyak 355 orang sementara jumlah pasien yang dinyatakan sembuh mencapai 18.892 kasus. Foto: Republika/Abdan Syakura - (REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA)

 

Lonjakan di Kudus dan Bangkalan

Panglima TNI Hadi Tjahjanto juga menyebut, kasus positif Covid-19 dampak dari libur lebaran kali ini dapat terkendali. Hal ini ditunjukan dengan jumlah angka kasus saat ini yang lebih rendah yakni mencapai sekitar 6.000 kasus dibandingkan pada periode libur lebaran di tahun sebelumnya.

“Artinya adalah kasus positif bisa terkendali karena kita bisa menekan tidak sampai lebih dari 10 ribu seperti kasus sebelumnya. Bahkan akan kita tekan sampai angka yang paling pol,” ujar Hadi Tjahjanto, Senin.

Kendati demikian, lonjakan kasus Covid-19 saat ini justru terjadi di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah dan juga di Kabupaten Bangkalan, Madura. Di Kudus, jumlah tempat tidur isolasi pasien Covid-19 di rumah sakit sebelumnya hanya terisi sebanyak 40 pasien, kini angkanya meningkat tajam mencapai sekitar 350 pasien dalam 1,5 pekan.

Sedangkan jumlah tempat tidur isolasi di rumah sakit di Bangkalan yang sebelumnya hanya terisi sekitar 10 pasien, kini meningkat menjadi sekitar 80 pasien dalam waktu 1,5 pekan. Pemerintah menyebut kenaikan kasus Covid-19 yang tinggi di Kabupaten Kudus ini terjadi karena adanya peningkatan kasus secara spesifik di klaster ziarah. Sedangkan di Madura banyak pekerja migran Indonesia yang pulang dari negara tetangga.

Pemerintah melakukan berbagai upaya menangani kasus yang terjadi. Pertama, yakni mengurai tekanan dan beban rumah sakit di Kudus dan juga Bangkalan dengan merujuk pasien Covid-19 dengan gejala sedang dan berat ke rumah sakit di kota terdekat. Para pasien dirujuk untuk mendatangi rumah sakit di Semarang dan juga di Surabaya.  

Selain itu, Kemenkes juga telah mengirimkan dokter ke berbagai rumah sakit di Kudus dan Bangkalan. Kemenkes bekerja sama dengan IDI dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk mengirimkan para dokter serta perawat guna mengisi serta mengurangi tekanan para tenaga kesehatan yang banyak terpapar Covid-19 di dua daerah tersebut.

Pemda setempat juga diminta meningkatkan upaya testing, tracing, dan treatment secara masif. Terakhir, pemerintah menggencarkan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dengan mengirimkan 50 ribu vaksin Covid-19 khusus untuk Kabupaten Kudus.

“Di Bangkalan juga kita sudah drop, kita akan drop segera 50 ribu supaya bisa mengurangi risiko penularan,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.

RSUD Loekmono Hadi Kudus, Jawa Tengah, Senin (7/6) menyatakan, telah menerima bantuan satu unit mobil laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) dari Kemenkes untuk membantu meningkatkan jumlah pemeriksaan spesimen Covid-19.

"Dengan adanya mobil laboratorium bergerak surveilans dari Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Jakarta ini, kami optimistis kecepatan pemeriksaan spesimen Covid-19 semakin meningkat sehingga tidak perlu menunggu hasil yang terlalu lama," kata Direktur RSUD Loekmono Hadi Kudus dokter Abdul Aziz Achyar di Kudus, Senin.

Mobil laboratorium PCR dari Kemenkes tersebut, kata Aziz, sampai di RSUD Kudus pada 4 Juni 2021. Ia berharap dapat mempercepat penegakan diagnosis karena selama ini semua pasien yang datang ke IGD harus dilakukan screening atau pemeriksaan Covid-19 dengan tes cepat (rapid test) antigen dan early warning score (EWS) atau skor risiko klinis.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Moewardi Surakarta, Jawa Tengah juga mengirimkan 10 dokter spesialis ke Kabupaten Kudus. Masa penugasan 10 deokter spesialis tersebut akan hingga mereka tidak lagi dibutuhkan.

"Sepuluh tenaga kesehatan ini lima di antaranya spesialis paru dan lima spesialis penyakit dalam. Sudah dikirim semuanya," kata Direktur RSUD Dr Moewardi Surakarta Cahyono Hadi di Solo, Senin.

 

photo
Tips hindari kerumunan. - (Republika.co.id)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement