Selasa 08 Jun 2021 01:12 WIB

Kekerasan Meningkat, Pasukan Afghanistan Korban Terbanyak

Sedikitnya 150 tentara Afghanistan tewas atau terluka dalam 24 jam terakhir

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi. Tentara Afghanistan dalam operasi mengambil alih distrik Ghormach Provinsi Faryab dari kekuasaan Taliban.
Foto: Anadolu Agency
Ilustrasi. Tentara Afghanistan dalam operasi mengambil alih distrik Ghormach Provinsi Faryab dari kekuasaan Taliban.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Sedikitnya 150 tentara Afghanistan tewas atau terluka dalam 24 jam terakhir dalam gelombang serangan oleh gerilyawan Taliban saat pasukan asing mundur, kata pejabat senior pemerintah, Senin. Pertempuran sekarang berkecamuk di 26 dari 34 provinsi di negara itu, kata para pejabat yang berbicara dengan anonim.

Korban tewas "sangat tinggi", tambah seseorang. Pemerintah mengatakan bentrokan atas wilayah telah meningkat sejak Amerika Serikat melanjutkan menarik semua pasukannya yang tersisa pada 11 September.

Baca Juga

Taliban merebut distrik Shahrak di provinsi Ghor barat pada Senin dan memaksa pasukan Afghanistan untuk mundur ke desa-desa terdekat setelah baku tembak hebat, kata pejabat setempat. Sebuah bom mobil kuat yang menargetkan markas polisi di distrik Khas Balkh di provinsi Balkh menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai 50 lainnya termasuk warga sipil pada Ahad (6/6), kata para pejabat.

Pada hari yang sama, pejuang Taliban menyerbu distrik Qaisar di provinsi Faryab utara, menewaskan dan melukai puluhan pasukan keamanan Afghanistan, kata seorang pejabat polisi. Pasukan pemerintah melancarkan operasi untuk merebut kembali distrik strategis Nerkh di provinsi Wardak yang terletak kurang dari satu jam perjalanan dari ibu kota Kabul, kata seorang pejabat kementerian pertahanan.

"Dalam 24 jam terakhir, sayangnya ada 157 korban di antara pasukan," kata seorang pejabat senior yang tidak mau disebutkan namanya.

Pembicaraan politik antara pemerintah dan Taliban sebagian besar terhenti ketika Washington menarik pasukannya keluar 20 tahun setelah pengeboman AS memaksa Taliban dari kekuasaan. Kedua belah pihak menuduh pihak lain memprovokasi dan gagal menghentikan serangan terhadap warga sipil.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement