Selasa 08 Jun 2021 08:30 WIB

Muslimah Berhijab Amerika Serikat Mengaku Didiskriminasi

Dugaan diskriminasi dialami Muslimah berhijab Amerika Serikat di pesawat

Rep: Febryan A/ Red: Nashih Nashrullah
Dugaan diskriminasi dialami Muslimah berhijab Amerika Serikat di pesawat. Ilustrasi Hijab
Foto: Republika/Thoudy Badai
Dugaan diskriminasi dialami Muslimah berhijab Amerika Serikat di pesawat. Ilustrasi Hijab

REPUBLIKA.CO.ID, DALLAS – Seorang perempuan Muslim Amerika Serikat (AS) mengaku mendapat perlakuan diskriminatif oleh oknum awak kabin maskapai Southwest Airlines pada 22 Mei lalu. 

Muslimah bernama Fatima Altakrouri itu mengaku tak diperbolehkan duduk di bangku dekat pintu keluar karena dirinya berhijab. “Seharusnya hal ini tidak terjadi,” kata Fatima saat konferensi pers sebagaimana dilansir dari NBC Dallas, Senin (7/6). 

Baca Juga

Fatima diketahui lahir dan tumbuh besar di Amerika Serikat serta tinggal di Texas. Pada 22 Mei itu, dia bersama adik perempuannya hendak pulang ke Florida untuk melihat ibu mereka yang sedang sakit. 

Pulang dengan pesawat Southwest Airlines, Fatima ingin duduk di kursi dekat pintu keluar. Tapi, awak kabin maskapai itu melarang. 

Pramugari pesawat itu, kata Fatima, menyebut bahwa dirinya tak berkompeten untuk membantu proses evakuasi ketika keadaan darurat. Pramugari itu juga menyebut Fatima tak bisa berbahasa Inggris. Padahal dirinya fasih berbahasa Inggris. “Hal itulah yang membuat peristiwa itu semakin mengerikan,” kata Fatima. 

Marwa Elbially, pengacara Fatima, menyebut bahwa sang pramugari juga menyampaikan ketidakmampuan Fatima kepada penumpang di sebelahnya. Pramugari itu bilang, Fatima tidak bisa duduk di dekat pintu keluar karena dia akan "membuat pesawat jatuh dalam keadaan darurat karena dia tidak berbicara bahasa Inggris." 

“Bagi saya, hal itu membuat saya terlihat seperti seorang teroris. Saya bukan teroris,” kata Fatima. Menurut Fatima, dia dilarang duduk di sana hanya karena dirinya berhijab, bukan karena alasan teknis evakuasi apalagi soal bahasa. 

Muna Kowni, adik dari Fatima, yang tidak menggunakan hijab justru diperbolehkan duduk di bangku dekat pintu keluar. Padahal adik-kakak itu sama-sama bisa berbicara bahasa Inggris.

Kendati demikian, Muna menolak duduk di sana. Ia tak terima dengan perlakuan diskriminatif yang diterima kakaknya. “Saya pikir bagian tersulit adalah ketika Anda benar-benar dihina dan Anda harus tetap diam selama tiga jam berturut-turut dan tidak mengatakan sepatah kata pun,” kata Muna. 

Southwest Airlines membantah semua pernyataan Fatima dan adiknya. Lewat pernyataan tertulisnya, Southwest Airlines mengatakan bahwa klaim Fatima tak sesuai dengan laporan yang diterima maskapai. 

Southwest Airlines pun menyebut bahwa penumpang yang duduk di dekat pintu keluar memang harus menunjukkan secara lisan bahwa mampu melakukan tugas tertentu selama penerbangan. 

"Kru kami bertanggung jawab untuk mendapatkan konfirmasi itu dari seorang penumpang sebelum mendudukkan mereka di barisan pintu keluar di atas sayap dan tidak dapat memperoleh pengakuan dari penumpang (Fatima) selama penerbangan. Southwest tidak memaafkan dan tidak menoleransi diskriminasi dalam bentuk apa pun," demikian bunyi pernyataan tertulis maskapai itu.

Sumber: travelpulse

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement