Senin 07 Jun 2021 16:16 WIB

Hafalan Alquran Bawa Mahasiswa UMM ke Turki

Nisrina Nur Husna memperoleh beasiswa dari lembaga Aziz Mahmud Hüdayi Vakfi, Turki.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Esthi Maharani
Mahasiswa Prodi Kesejahteraan Sosial, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nisrina Nur Husna.
Foto: dok. Humas UMM
Mahasiswa Prodi Kesejahteraan Sosial, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nisrina Nur Husna.

IHRAM.CO.ID, MALANG -- Kemampuan menghafal Alquran telah memberikan dampak yang sangat baik untuk setiap Muslim. Tak terkecuali mahasiswa Prodi Kesejahteraan Sosial, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nisrina Nur Husna.

Nisrina berhasil memperoleh beasiswa dari lembaga Aziz Mahmud Hüdayi Vakfi, Turki. Keberhasilan ini tidak lepas dari kemampuannya dalam menghafal Alquran.

Nisrina telah mulai menghafal Alquran sejak kecil.  Pada saat kelas dua Sekolah Dasar (SD), ia mulai menghafal Alquran  karena almarhumah ibunya membuat jadwal setiap habis maghrib untuk menghafal. Tak terasa, menghafal menjadi sebagian rutinitasnya sehingga selama SD dia bisa menghafal juz 30 dan 29.

Kebiasaan ini terus berlanjut sampai masuk pesantren tatkala di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). "Saya menekuninya kembali saat memasuki pesantren dan menghafal dari surah Al-Baqarah. Hafalan tersebut berlanjut sampai sekarang ketika berkuliah di UMM,” kata Nisrina.

Ada pun mengenai beasiswa di Turki, program belajar Nisrina akan berjalan selama satu tahun. Para mahasiswa akan membenarkan bacaan Alquran dan belajar bahasa Turki terlebih dahulu. Setelah itu, para mahasiswa baru didorong untuk menghafal Alquran.

Menurut Nisrina, pembelajaran di Turki menggunakan teknik pomodoro. Yakni belajar dari jam 10.00 sampai 14.00 lalu akan ada istirahat 15 menit setiap 30 menit sekali.

Untuk proses menghafal Alquran, terdapat seleksi terlebih dahulu. Seleksi tersebut berupa ujian dengan para guru yakni hafalan surat pilihan, kemudian disetorkan. Dari ujian tersebut akan dilihat berapa lama mahasiswa mampu menghafal 10 surat tersebut.

Anak bungsu dari empat bersaudara ini mengaku adaptasi di Turki sangat susah. Ia harus beradaptasi di berbagai aspek seperti budaya, kebiasaan, iklim, makanan, dan bahasa.

Nisrina mengaku aspek bahasa sangat menyulitkannya. Hanya ada segelintir orang di asramanya yang bisa berbahasa Inggris. Satu-satunya bahasa pemersatu mereka bahasa Turki.

Dalam waktu singkat, Nisrina dituntut untuk belajar bahasa Turki. Meskipun di setiap mata kuliah ada penerjemah, dia masih harus tetap belajar bahasa Turki. "Karena jntuk berbicara dengan teman internasional yang lain harus menggunakan bahasa Arab atau Turki,” jelasnya.

Walaupun sulit untuk beradaptasj, Nisrina senang dengan keputusannya mengambil beasiswa hafiz tersebut. Nisrina sangat terkejut dan kagum dengan semangat mahasiswa Internasional lain dalam menghafal Alquran dan belajar Islam. Hal itulah yang memacunya untuk terus belajar di Turki.

"Saya harap dengan belajar di sini, saya bisa memberikan manfaat bagi orang-orang sekitar ketika nanti kembali ke Indonesia,” kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement