Senin 07 Jun 2021 15:14 WIB

Santripreneur Indonesia Gelar Business Matchmaking 

Kegiatan itu mempertemukan pengusaha, tokoh nasional dan tokoh ulama.

Santripreneur Indonesia mengadakan business matchmaking di Jakarta, Selasa (5/6).
Foto: Dok santripreneur Indonesia
Santripreneur Indonesia mengadakan business matchmaking di Jakarta, Selasa (5/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Santripreneur Indonesia bersama PGN, BNI,  dan Bulog  menyelenggarakan business matchmaking di Hotel Arya Duta Jakarta, Selasa (5/6).  Acara tersebut   mengusung tema Kolaborasi Bisnis Berbasis Digital di Masa dan Pasca Pandemi Covid – 19.

Kegiatan itu digagas oleh inisiator sekaligus Ketua Dewan Pembina Santripreneur Indonesia, KH  Ahmad Sugeng Utomo (Gus Ut) dengan tujuan mempertemukan para pengusaha, tokoh nasional dan tokoh ulama untuk membahas tentang perkembangan ekonomi di Indonesia khususnya terkait kolaborasi berbasis digital.

Gus Ut menyampaikan, agenda ini merupakan salah satu upaya Santripreneur Indonesia dalam rangka  turut serta membangun ekonomi di Indonesia khususnya dalam bidang digital sebagaimana slogan Santripreneur Indonesia yakni Dedikasi Santri Membangun Ekonomi Negeri.

“Di era digital seperti saat ini, kolaborasi menjadi hal yang sangat penting guna mempertahankan eksistensi sebuah aktivitas bisnis khususnya dalam bidang startup. Oleh karenanya, kami mencoba mempertemukan pegiat bisnis startup dengan para tokoh nasional dan para alim ulama guna membahas problema terkait kolaborasi bisnsi berbasis digital,” paparnya seperti dikutip dalam rlis yang diterima Republika.co.id.

Ketua PWNU DKI Jakarta, Dr KH  Syamsul Mu’arif, dalam sambutannya menyinggung tentang peran santri dalam pengembangan ekonomi di Indonesia. “Hal-hal yang dilaksanakan Santripreneur Indonesia sebaiknya juga diterapkan di seluruh pondok pesantren yang ada di Indonesia,” ujarnya.

Kepala Perindustrian dan Perdagangan Koperasi UKM DKI Jakarta, Drs Andriansyah MH  menyampaikan bahwa saat ini pelaku usaha UMKM yang tergabung dalam Jakpreneur sekitar 243.748 orang. Tetapi kembali lagi permasalahan yang sering dihadapi adalah terkait pemasaran.

“Kami dalam rangka meningkatkan pemasaran pelaku UMKM bekerja sama dengan platform online seperti Tokopedia, Bukalapak, Shope. Namun, dari sekian banyak pelaku UMKM yang tergabung dalam Jakpreneur, tidak lebih dari 1 persen yang mampu masuk ke dalam platform online tersebut, hanya 1.900 orang. Makanya kapan-kapan kita sebaiknya duduk bersama dan berdiskusi dengan Santripreneur dan mengkolaborasikan apa yang bisa dikolaborasikan untuk menghadapi masalah tersebut,” tuturnya.

 Achmad Nurwahid, direktur Pencegahan BNPT RI, menyampaikan bahwa radikalisme bukan merupakan satu monopoli satu agama namun berasal dari potensi dalam diri setiap manusia. Sedikit banyak salah satu potensi tersebut adalah ekonomi. “Maka disini pentingnya ekonomi dalam mendukung pencegahan tersebarnya paham ekstrimisme atau radikalisme di masyarakat,” kata Achmad Nurwahid.

Menteri Koperasi dan UKM RI  Teten Masduki melalui virtual meeting, dalam keynote speech-nya menyampaikan apresiasi sepenuhnya atas terselenggaranya business matchmaking tersebut. Menurutnya, kegiatan ini mengambil peran aktif mempersiapkan para UMKM Indonesia menjadi pelaku usaha yang terbuka, inovatif, lincah, dan kolaboratif serta dapat eksis di dunia digital sehingga dapat masuk ke pasar global.

“UMKM mendominasi postur pelaku usaha, penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDB, namun rasio kewirausahaan Indonesia masih rendah hanya sekitar 3,47%. Indonesia akan segera berhadapan dengan ledakan demografi khususnya usia produktif.  Jika tidak dipersiapkan sejak awal hal ini bisa jadi bencana demografi karena tidak dapat diserap. Oleh karena itu entrepreneur yang profesional dan mampu bersaing di pasar global perlu dipersiapkan secara holistik dan komprehensif,” jelas menteri Koperasi dan UKM RI.

Acara dilanjutkan dengan FGD (Focus Group Discussion) membahas tentang tema kegiatan. CEO KESAN, Hamdan Hamidan dan CEO dari NUJEK, Gus Gozhali, menjadi pemantik dalam diskusi tersebut sebagaimana mereka menjadi pelaku bisnis startup digital. Sekitar 60 menit diskusi berlangsung akhirnya kegiatan diakhiri pukul 22.00 WIB.

Dari diskusi tersebut didapatkan kesimpulan bahwa era digital seperti saat ini, adalah sebuah kewajiban bagi pelaku usaha untuk berkolaborasi. Kolaborasi bisnis menjadi sangat penting dan pondasi utama supaya bisnis tersebut tetap eksis dan mampu bersaing dengan kompetitornya. Kegiatan diakhiri dengan berfoto bersama dan ramah tamah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement