Ahad 06 Jun 2021 13:30 WIB

Kekerasan di Israel Terancam Meletus Saat Transisi Politik

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kemungkinan akan lengser setelah 12 tahun menjabat

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Naftali Bennett (calon PM Israel pengganti Benjamin Netanyahu)
Foto: Anadolu Agency
Naftali Bennett (calon PM Israel pengganti Benjamin Netanyahu)

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kepala dinas intelijen Israel Shin Bet, Nadav Argaman telah mengeluarkan peringatan pada Sabtu (5/6) tentang kemungkinan terjadinya kekerasan dalam periode transisi politik. Benjamin Netanyahu kemungkinan akan lengser setelah 12 tahun menjabat sebagai perdana menteri.

"Kami baru-baru ini mengidentifikasi peningkatan wacana kekerasan dan hasutan yang semakin ekstrem terutama di jejaring sosial. Wacana ini dapat ditafsirkan di antara kelompok atau individu tertentu, sebagai salah satu yang mengizinkan aktivitas kekerasan dan ilegal yang bahkan dapat menyebabkan kerusakan fisik," ujar Argaman.

Baca Juga

Pemimpin oposisi tengah Israel Yair Lapid mengumumkan pada Rabu (2/6) bahwa ia telah berhasil membentuk koalisi pemerintahan setelah pemilihan 23 Maret. Mereka sepakat untuk mengambil alih kepemimpinan yang dipegang oleh Netanyahu selama 12 tahun. 

Yair Lapid, seorang sentris dari Partai Yesh Atid (Ada Masa Depan), dan Naftali Bennett, seorang ultranasionalis dari Partai Bennett Yamina (Kanan), mengumumkan kesepakatan itu setelah mereka berhasil menyusun pemerintahan koalisi dengan sejumlah partai dari seluruh spektrum politik. Lapid berhasil mengumpulkan tanda tangan dari tujuh partai yang menandakan kesediaan mereka untuk membentuk koalisi yang akan membentuk pemerintahan baru Israel. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, partai Islamis Arab ikut bergabung dengan koalisi pemerintahan Israel.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement