Jumat 04 Jun 2021 22:35 WIB

DPD Minta Pemerintah Dukung Detektor Gempa Karya UGM

Terlebih Indonesia merupakan negara yang rentan dengan bencana.

DPD Minta Pemerintah Dukung Detektor Gempa Karya UGM (ilustrasi).
Foto: Reuters
DPD Minta Pemerintah Dukung Detektor Gempa Karya UGM (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah mendukung pengembangan detektor gempa karya Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

"Penelitian tersebut harus mendapat dukungan serius. Terlebih Indonesia merupakan negara yang rentan dengan bencana, untuk itu segala penemuan yang berpotensi perlu dikawal pemerintah," katanya di Solo, Jumat (4/6).

Ia mengatakan pengembangan penelitian tersebut penting dilakukan mengingat selama ini seringkali peringatan dini kebencanaan gagal diantisipasi pemda sehingga korban dan kerusakan akibat bencana cukup tinggi.

"Oleh karena itu, memang diperlukan sarana untuk mitigasi bencana yang memadai," katanya.

Sementara itu, dikatakannya, alat "early warning system" (EWS) rancangan UGM itu telah dikembangkan sejak tahun 2018 dan mampu mendeteksi beberapa kali gempa, termasuk gempa di Toli-toli pada 29 Mei 2021. Ia mengatakan alat tersebut berhasil mendeteksi bencana tiga hari sebelum kejadian.

Meski sudah beberapa kali tepat memprediksi kejadian gempa, dikatakannya, tim peneliti masih terus melakukan pengembangan. "Pengembangan ini yang harus didukung oleh pemerintah. Kemendikbud dan Ristek perlu memberi pendampingan karena penelitian ini berada di bawah perguruan tinggi, apa yang diperlukan tim peneliti perlu mendapat bantuan," katanya.

Ia mengatakan pada penelitian tersebut, tim peneliti UGM memanfaatkan teknologi "internet of thing" pada alat pendeteksi itu. Alat EWS ini tersusun dari sejumlah komponen, seperti detektor perubahan level air tanah dan gas radon, pengondisi sinyal, kontroler, penyimpan data, dan sumber daya listrik.

"Dari teknologi ini, alat akan bekerja berdasarkan perbedaan konsentrasi gas radon dan level air tanah yang merupakan anomali alam sebelum terjadinya gempa bumi. Upaya tim peneliti ini patut kita apresiasi dan jika sudah memungkinkan diproduksi sebanyak mungkin untuk dibagikan ke pemda-pemda, khususnya daerah yang rawan bencana," katanya.

Selain itu, ia juga mendorong para peneliti untuk mengembangkan alat EWS untuk kebencanaan lain karena makin banyak inovasi dilakukan kalangan akademisi yang didukung oleh pemerintah maka mitigasi bencana di daerah juga akan makin lebih baik.

"Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran untuk penelitian-penelitian sejenis, seperti alat pendeteksi longsor dan banjir. Dengan demikian ke depan kita mampu memperbaiki sistem mitigasi kebencanaan yang kerap mengancam masyarakat," katanya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement