Kamis 03 Jun 2021 19:43 WIB

Perekonomian Domestik Mulai Pulih pada Kuartal Kedua

Indikator perbaikan ekonomi mulai nyata terlihat baik dari sisi global maupun lokal

Rep: novita intan/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah pekerja melakukan proses menjahit di sebuah UMKM konveksi di Curug, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/6). Dalam rangka mengakselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), pemerintah akan memberi dukungan stimulus bagi UMKM hingga Rp 191,3 triliun triliun dan ditujukan untuk menjaga kelanjutan momentum pemulihan ekonomi.Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Sejumlah pekerja melakukan proses menjahit di sebuah UMKM konveksi di Curug, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/6). Dalam rangka mengakselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), pemerintah akan memberi dukungan stimulus bagi UMKM hingga Rp 191,3 triliun triliun dan ditujukan untuk menjaga kelanjutan momentum pemulihan ekonomi.Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut perekonomian domestik sudah menunjukkan pemulihan pada kuartal kedua tahun ini. Hal ini sejalan dengan program vaksinasi nasional, perbaikan ekonomi sudah mulai terlihat di dalam negeri.

Staf Khusus Menkeu Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo mengatakan, saat ini pemerintah telah mengeluarkan berbagai paket kebijakan dan insentif untuk menahan laju perlambatan perekonomian akibat virus Covid-19.

Jika dibagi ke dalam kategori, ada tiga kebijakan utama yang sedang dilakukan pemerintah untuk memulihkan perekonomian. Pertama, pemerintah melakukan intervensi kesehatan untuk menangani penyebab utama dari kondisi pandemi.

“Vaksinasi gratis bagi seluruh rakyat Indonesia terus dilaksanakan demi mendapatkan kekebalan kelompok. Selain vaksinasi, pemerintah juga terus melakukan edukasi masyarakat melalui Satgas Penanganan Covid-19 dan menjaga ketersediaan fasilitas kesehatan melalui Kementerian Kesehatan,” ujarnya saat acara Infobank Talk News dengan tema "Ekonomi Pulih Menuju Kebangkitan Nasional" secara virtual, Kamis (3/6).

Kedua, jaring-jaring perlindungan sosial terus diberikan melalui berbagai insentif dan relaksasi, salah satunya melalui anggaran program pemulihan ekonomi (PEN) sebesar Rp 699,43 triliun atau naik 22 persen dibandingkan tahun lalu. “Intinya, pemerintah meneruskan komitmen untuk mendukung masyarakat, baik itu masyarakat menengah bawah, UMKM dan korporasi, serta usaha-usaha sektoral,” ucapnya.

Ketiga, melakukan reformasi struktural pada aturan dan birokrasi agar roda perekonomian bisa berputar lebih cepat. Pada tahun lalu, pemerintah sudah mulai menerapkan Undang-Undang Cipta Tenaga Kerja (UU Ciptaker) diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan pembangunan nasional. “Melalui penyederhanaan regulasi, iklim bisnis dan investasi akan semakin kondusif pemulihan ekonomi. Momentum pandemi harus kita manfaatkan. Saat ini pemerintah berupaya untuk mendorong pemulihan dengan penerimaan eksisting, ke depan ketika ekonomi pulih saatnya kita kembali berkontribusi dengan membayar pajak,” ucapnya. 

Sementara itu, Kepala Departemen Komunikasi Direktur Eksekutif Bank Indonesia Erwin Haryono menambahkan, indikator perbaikan ekonomi sudah mulai nyata terlihat, baik dari sisi global maupun dalam negeri. Dari sisi global, berbagai indikator dini telah menunjukkan pemulihan, di antaranya peningkatan volume perdagangan, harga komoditas, hingga kinerja ekspor-impor.

Sedangkan di dalam negeri, pemulihan ekonomi terlihat dari mobilitas masyarakat yang mulai meningkat sejalan dengan kasus Covid-19 yang melandai. “Indikator perbaikan semakin nyata global maupun dalam negeri. Kemudian, kami (otoritas) melihat respons kebijakan sudah mulai dilakukan bersama-sama KSSK, membangun itu semua, baik fiskal moneter porsinya sama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.

Tak hanya itu, indikator indeks penjualan eceran hingga indeks ekspektasi konsumen juga sudah mulai meningkat. Tercatat indeks penjualan riil (IPR) Maret 2021 tumbuh 6,1 persen (mtm) meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya yang masih minus 2,7 persen (mtm). 

Adapun perbaikan ekonomi juga terlihat dari kontraksi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah menjadi 0,74 persen (yoy) pada triwulan satu 2021 dibanding triwulan empat 2020, yang minus 2,19 persen. “Perbaikan ekonomi ini, terutama didorong oleh kinerja ekspor akibat kenaikan permintaan Tiongkok dan AS, realisasi belanja fiskal (belanja barang, belanja modal, dan bantuan sosial), serta investasi nonbangunan,” ucapnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement