Kamis 03 Jun 2021 13:47 WIB

Relawan Myanmar Bangun Perpustakaan Yatim Piatu dari Sampah

Di Myanmar, kantong plastik dan botol bekas sering kali berserakan di pinggir jalan

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
Ecobrick. Ilustrasi.
Foto: Dok. Sudin LH Kep. Seribu
Ecobrick. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Relawan telah membangun perpustakaan untuk anak yatim di Yangon, Myanmar, menggunakan sampah plastik daur ulang. Proyek di Taikkyi, sebuah lingkungan di utara kota terbesar Myanmar, dimulai pada Desember 2020 sebagai usaha LSM Clean Yangon.

Menggunakan sumbangan sampah dari masyarakat setempat, tim membuat eco-brick atau bata ramah lingkungan dengan mengisi botol plastik dengan sampah plastik lainnya. Perpustakaan ini terlihat seperti rumah boneka dengan atap rangka A dan dinding warna-warni yang terbuat dari eco-brick di dalam bingkai logam.

Baca Juga

"Dibutuhkan setidaknya sekitar satu jam untuk membuat satu liter eco-brick. Kami menggunakan 5.000 eco-brick untuk membuat bangunan ini," kata relawan Zay Yar Tun kepada AFP.

Menurut relawan bernama Eric, proses pembuatan perpustakaan menjadi pengalaman belajar yang berharga bagi anak-anak panti asuhan. "Anak-anak disini tidak mudah membuang bahan plastik. Kami membuat perpustakaan ini di depan mereka, agar mereka bisa belajar (tentang menyelamatkan lingkungan)," kata Eric.

Relawan berharap untuk menyambut pembaca muda pada awal 2021, tetapi pembukaan perpustakaan telah ditunda tanpa batas oleh kudeta Myanmar. Di Myanmar, kantong plastik dan botol bekas sering kali berserakan di pinggir jalan dan menyumbat saluran air.

Diperkirakan 119 ton sampah plastik masuk ke Sungai Ayeyarwady negara itu setiap hari. Kondisi itu menjadikannya salah satu saluran air paling tercemar di dunia, menurut survei yang dilakukan oleh Fauna & Flora International (FFI) dan Thant Myanmar.

Perpustakaan bukan satu-satunya inisiatif di Myanmar yang bertujuan untuk mendaur ulang sampah plastik menjadi bahan bangunan. Badana Aid Foundation Myanmar sedang membangun sekolah eco-brick di Kotapraja Hlaingthaya di Yangon. Bangunan ini diharapkan akan selesai pada bulan Juli dan akan memiliki tiga ruang kelas untuk menampung hingga 90 siswa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement