Kamis 03 Jun 2021 09:54 WIB

Siapa Penerjemah Naskah Proklamasi Dalam Bahasa Arab?

Sosok penerjemah naskah proklamasi dalam bahasa Arab

Prof HM Rasjidi
Foto: Google.co.id
Prof HM Rasjidi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Uttiek M Panji Astuti, penulis buku dan traveller.

Anak muda berambut keriting itu ekspresi mukanya lempeng serius. Menatap lurus ke depan, entah sedang memperhatikan apa. Tetiba di sebelahnya muncul sosok lain dengan senyum jahil, seakan tamu tak diundang yang ikut nyelonong saat video direkam.

Saya tak henti tertawa melihat PP di akun sosial media yang kocak khas Gen Z itu. Postingan yang butuh diperhatikan. Begitulah cara generasi ini berkomunikasi. Absurd dan semau sendiri.

Segera saya accept permintaan pertemanannya, karena sebelumnya sudah dimention nama ini. "Ini anak masih muda, Mbak. Tapi sudah mempunyai karya literasi tentang pemikiran Prof DR HM Rasjidi," begitu pesan yang saya terima.

Baiklah.

Ia menjadi salah satu anak yang saya mentori dalam serangkain project literasi. Gayanya selalu nge-gas di awal kalau kita mendiskusikan poin-poin Editor's note yang saya berikan padanya. Tapi setelahnya, ya, dikerjakan juga dengan kesungguhan. Ia tak segan bertanya sampai paham. Ia kerjakan apapun tugas yang diberikan. Karenanya, ia menjadi salah satu murid favorit saya.

"Saya suka dikasih apa saja, Mbak. Kecuali dikasih deadline," ungkapnya suatu kali yang membuat saya tertawa tanpa henti. Project literasi ini memang jadwalnya padat sekali, sehingga membuatnya sesak napas, barangkali.

Berkali saya ungkapkan padanya, "Konstruksi pemikiran kamu itu ruwet sekali." Kali lain, "Kamu pasti tidak pernah membaca karya sastra ya? Tulisan kamu kering sekali." Yang seperti biasa langsung disanggahnya dengan menyebut beberapa nama penulis yang pernah dibaca bukunya.

"Karya sastra yang saya maksud adalah peraih Nobel sastra atau sastrawan klasik dunia." Ia terdiam. 

Saya mengapresiasi pilihan tokoh yang ia pilih untuk karya literasi pertamanya: Prof DR HM Rasjidi. Nama ini bukanlah nama populer bagi generasinya. Sekalipun rekam jejaknya luar biasa.

Mohammad Rasjidi - Wikiwand

Ia adalah menteri agama pertama di republik ini. Ia pula yang menerjemahkan naskah Proklamasi ke dalam bahasa Arab dan membacakannya dalam siaran radio hingga kabar kemerdekaan Indonesia menyebar ke negara-negara di Timur Tengah.

Ia bersama Haji Agus Salim, Nazir Dt. Pamuntjak, Abdul Kadir, dan AR Baswedan, yang ditugaskan menjadi tim diplomasi RI ke Timur Tengah. Hasilnya, Arab Saudi, Mesir, Palestina, Irak dan Yordania serta Liga Arab memberi dukungan penuh bagi kemerdekaan Indonesia.

Pendidikan ala Barat yang diperolehnya di Universitas Sorbonne, Prancis saat menyeselesaikan S3-nya di tahun 1954 atas sponsor Rockefeller Foundation, tak membuatnya terseret arus pemikiran para orientalis. 

Disertasinya yang berjudul "l’Evolution del’Islam en Indonesie ou Consideration Critique du Livre Tjentini" membuatnya  digelari Docteur de l’Universite de Paris avec la mention Tres honorable atau Cumlaude.

Bahkan ketika berkesempatan mengajar Hukum Islam dan Sejarah di McGill University, Montreal, Kanada, ia sempat berpolemik dengan Prof. Joseph Franz Schacht, dari Universitas Columbia, New York, saat Schacht menyampaikan ceramah di McGill mengenai hukum Islam. Setelah itu mendapat teguran dari kampusnya karena dianggap melecehkan lembaga orientalis. 

"Mbak, saya mau kirim sesuatu," begitu pesan melalui WA yang saya terima dua hari lalu.

"Apa itu?" Tanya saya yang dijawabnya dengan kata, "Surprise!"

Hari ini, pertanyaan itu terjawab. Saya dikirimi buku karyanya "The Guardian of Faith: Biografi dan Pemikiran Prof DR HM Rasjidi. "

Sungguh bukan kebetulan kalau 20 Mei lalu adalah milad Sang Professor yang terlahir dengan nama Saridi di Kotagede, Yogya, 106 tahun lalu.

Profil dan pemikiran Prof HM Rasjidi haruslah disebarluaskan di kalangan generasi muda. Karena ia adalah orang hebat. Ia mengkritik orientalisme di pusat orientalis dunia. Sejak tahun 1970-an, ia tegaskan di banyak kesempatan tentang bahaya menggunakan sumber orientalis untuk studi Islam. Sesuatu  yang sampai hari ini masih sangat relevan. 

Jakarta, 31/5/2021

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement