Rabu 02 Jun 2021 17:21 WIB

Inflasi Bulan Mei Kota Malang Naik Tipis 

Daging ayam ras menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Malang.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Ilustrasi daging ayam, penyumbang inflasi terbesar di Kota Malang, Jawa Timur untuk Bulan Mei.
Foto: Flickr
Ilustrasi daging ayam, penyumbang inflasi terbesar di Kota Malang, Jawa Timur untuk Bulan Mei.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,14 persen pada Mei 2021. Hasil ini diungkapkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang dalam konferensi pers secara daring, Rabu (2/6).

"Inflasinya 0,14 (persen), (naik) tipis tapi tetap ada kenaikan harga," kata Kepala BPS Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini.

Berdasarkan data BPS Kota Malang, inflasi Kota Malang sejak Maret 2021 cenderung mengalami sedikit kenaikan. Tercatat, pada Maret mengalami inflasi sekitar 0,08 persen. Kemudian meningkat menjadi 0,10 persen pada bulan berikutnya.

Jika dibandingkan dengan Jawa Timur (Jatim), angka Inflasi Kota Malang lebih rendah dengan perbandingan 0,14 persen dan 0,27 persen. Hal serupa juga terjadi apabila dibandingkan dengan inflasi nasional. Tercatat, Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,32 persen pada Mei 2021.

Dari sejumlah kota dan kabupaten di Jatim, Sumenep berada di posisi teratas dengan inflasi 0,41 persen. Sementara daerah dengan inflasi terendah dialami Kota Madiun, yakni 0,05 persen.

Erny tak menampik, telah terjadi fenomena kenaikan harga selama Ramadhan dan Idul Fitri. Sebab itu, daging ayam ras menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Malang. "Mengalami kenaikan harga 4,19 persen dengan andil sebesar 0,05 persen," katanya.

Baju Muslim perempuan menjadi komoditas penyumbang inflasi tertinggi kedua di Kota Malang. Harga komoditas ini meningkat 7,26 persen sehingga berkontribusi terhadap inflasi sebesar 0,03 persen. 

"Kemudian diikuti rokok kretek filter, yang mengalami kenaikan sebesar 1,74 persen, dengan andil sebesar 0,03 persen," ucapnya.

Ada pun beberapa komoditas penghambat inflasi antara lain cabai rawit dengan penurunan harga sebesar 28,10 persen. Menurut Erny, komoditas ini memberikan andil deflasi 0,09 persen. 

Kemudian terdapat komoditas obat dengan resep yang mengalami penurunan harga sekitar 5,34 persen. Komoditas ini memberikan andil deflasi pada Kota Malang sebesar 0,03 persen. 

"Selanjutnya, diikuti komoditas cabai merah yang mengalami penurunan harga sebesar 21,05 persen dengan andil 0,02 persen," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement