Rabu 02 Jun 2021 13:34 WIB

Kemenko PMK: Pendidikan Harus Berkarakter dan Berkeadaban

'Tidak ada artinya anak didik cerdas tapi tidak berkarakter.'

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ratna Puspita
(Ilustrasi Anak Sekolah) Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono mengatakan tujuan pendidikan bukan hanya membuat peserta didiknya menjadi cerdas.
Foto: Republika/Mardiah
(Ilustrasi Anak Sekolah) Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono mengatakan tujuan pendidikan bukan hanya membuat peserta didiknya menjadi cerdas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono mengatakan tujuan pendidikan bukan hanya membuat peserta didiknya menjadi cerdas. Agus menilai, pendidikan juga harus membuat siswanya menjadi berkarakter dan tahu tentang adab.

"Pendidikan bukan hanya membuat orang cerdas/ pandai MTK, ekonomi hukum, itu tidak cukup,tapi harus berkarakter dan memahami tau tentang keadaban. Tidak ada artinya anak didik cerdas tapi tidak berkarakter, dan tidak memiliki keadaban," kata Agus saat memberi keynote speaker dalam webinar yang digelar Majelis Wali Amanat (MWA) UI, Rabu (2/6).

Baca Juga

Agus menyebut, tiga rumusan karakter yang ingin ditanamkan kepada siswa, yakni kerja keras, gotong royong dan integritas. Ia memperkirakan ada 68 juta siswa di Indonesia. Jika 68 juta siswa memiliki tiga karakter ini maka bakal berdampak pada kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

"Kita ingin memastikan 68 juta siswa ini punya semangat kerja keras, lebih mengedepankan proses daripada hasil, karena tidak ada artinya  hasilnya baik tapi melanggar proses keadaban atau aturan, itu lebih buruk lagi," katanya.

Untuk nilai gotong royong, kata Agus, perlunya setiap anak memiliki semangat etos kerja. Sebab, jika anak lebih mengedepankan hasil daripada proses maka tidak akan muncul gotong royong.

Begitu juga integritas, untuk menjawab tantangan bangsa ke depan, setiap anak didik perlu memahami betul tentang pentingnya kerja keras, gotong royong dan integritas. "Karena hidup ini nggak ada artinya kalo kita mengorbankan integritas kita, di dalam kampus misalnya, tentu saja semua siswa tentu pengen dapat nilai A tapi tidak semua siswa yang layak mendapat A, itu perlu proses," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement