Selasa 01 Jun 2021 09:19 WIB

Masjid Taksim, Hadiah Abad ke-2 Republik Turki

Masjid Taksim digambarkan sebagai salah satu tanda lahirnya Turki yang hebat dan kuat

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
Masjid Taksim di alun-alun Istanbul.
Foto: Google.co.id
Masjid Taksim di alun-alun Istanbul.

IHRAM.CO.ID, ANKARA --  Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, membuat sebuah mimpi menjadi kenyataan dengan meresmikan Masjid Taksim, 28 Mei lalu. Masjid baru ini diharap dapat melayani dunia Muslim, rakyat Turki, serta semua warga Istanbul dengan baik.

Para pemimpin yang terlibat dalam urusan politik berupaya mengejar impian mereka dan menepati janji kepada rakyat. Ada beberapa momen langka di tengah hiruk pikuk pertarungan politik, yang kilaunya mempertemukan pemimpin dan bangsa.

Seorang pengamat kehidupan politik dan sosial Turki, Burhanettin Duran, dalam sebuah artikel menyebut pembangunan Masjid Agung Çamlıca dan Taksim oleh Erdoğan, sekaligus pembukaan kembali Masjid di Hagia Sophia, adalah beberapa momen langka yang dimaksud.

"Pada 28 Mei, Erdogan yang mencintai Istanbul, menepati janjinya kepada penduduk kota. Sebuah janji yang dibuat pada tahun 1994, sekaligus mewujudkan mimpinya sendiri. Memang, presiden Turki ini telah memberikan layanan yang luar biasa ke Istanbul dan Turki dengan berlomba melawan dirinya sendiri," kata dia dikutip di Daily Sabah, Selasa (1/6).

Selama 27 tahun terakhir, Erdogan disebut menyelesaikan serangkaian mega-proyek yang mengangkat nama Istanbul ke level beberapa kota teratas dunia. Sejumlah karya besar, mulai dari Terowongan Marmaray dan Eurasia, hingga Bandara Istanbul dan Jembatan Yavuz Sultan Selim, langsung terbayang.

Pembangunan masjid Agung Çamlıca dan Taksim, sekaligus pembukaan kembali Hagia Sophia, disebut merupakan simbol yang sangat kuat.

Erdogan menggambarkan Masjid Taksim sebagai salah satu tanda lahirnya Turki yang hebat dan kuat. Dia menyebut kegiatan yang berlangsung di hari Jumat ini sebagai penghormatan ke Masjid Agung Hagia Sophia dan hadiah pada kesempatan peringatan 568 tahun penaklukan Istanbul.

"Beberapa sekularis Turki tidak senang dengan simbolisme itu. Mereka mengklaim jika kota tersebut tidak membutuhkan masjid di Taksim," lanjut Duran.

Mereka bahkan menggambarkan karya terbaru ini sebagai sesuatu yang bermuatan ideologis dan pertunjukan kekuatan intelektual dan budaya. Mereka melihat masjid sebagai simbol yang berlawanan dengan simbol republik Turki sekuler.

Faktanya, pemerintahan yang kuat cenderung melakukan transformasi di berbagai bidang dan memulai karya simbolik. Ketua Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK), juga telah membuat dampak kritis terhadap arah keberlangsungan Turki dengan tindakan, pilihan dan pernyataannya.

Di antara layanan yang diberikan Erdogan kepada rakyat Turki adalah mewujudkan impian Muslim konservatif.  Pencabutan pengawasan sekuler, penghapusan larangan jilbab dan liberalisasi pengajaran agama adalah sejumlah kebijakan yang mendukung klaim tersebut.

Dia juga disebut meningkatkan kepercayaan diri orang-orang yang beragama untuk membantu mereka menghadapi dunia. Pembukaan kembali Hagia Sophia dan pembangunan Masjid Grand amlıca dan Taksim juga mendukung pandangan tersebut.

"Yang penting adalah apa tujuan layanan dan karya simbolis itu, serta apa yang mereka coba lawan. Tidak masuk akal untuk mencoba memposisikan merek politik Erdoğan dengan melawan Republik," ucap Duran.

Bagi Duran, yang terjadi justru sebaliknya, dimana Erdogan menganut pandangan politik yang memposisikan Republik sebagai nilai tertinggi bagi semua kelompok sosial.

Oleh karena itu, ia berupaya mengekang ekstremisme modernisme positivis pro-Barat, yang dominan atas modernisasi Utsmaniyah-Turki selama dua abad. Dia juga membuat pencapaian penting di bagian itu.

Masjid Taksim dinilai merupakan langkah segar menuju perwujudan kemauan bangsa. Ini adalah perwujudan dari kebutuhan keagamaan rakyat Turki dan kepercayaan diri nasional.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement