Senin 31 May 2021 15:29 WIB

Giant, Superindo, dan Masa Depan Forum Zakat

Cinta pada dunia zakat yang harus terus dirawat, dipupuk dan dipelihara.

Warga bersepeda melintasi Gerai Giant Ekspres di Lebak Bulus, Jakarta, Kamis (27/5/2021). PT Hero Supermarket Tbk atau HERO Group memutuskan untuk menutup seluruh gerai supermarket Giant di Indonesia mulai akhir Juli 2021 dan fokus mengembangkan IKEA, Guardian serta Hero Supermarket.
Foto: ANTARA/Reno Esnir
Warga bersepeda melintasi Gerai Giant Ekspres di Lebak Bulus, Jakarta, Kamis (27/5/2021). PT Hero Supermarket Tbk atau HERO Group memutuskan untuk menutup seluruh gerai supermarket Giant di Indonesia mulai akhir Juli 2021 dan fokus mengembangkan IKEA, Guardian serta Hero Supermarket.

Oleh : Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI

REPUBLIKA.CO.ID, Tahun ini Supermarket Giant akan mengakhiri kisah-nya di hadapan konsumen di Indonesia. Setelah satu per satu gerai Giant mulai ditutup sejak tahun 2019, akhirnya pada Juli tahun ini seluruh gerainya akan berakhir dan resmi ditutup di Indonesia.

Dalam waktu yang berdekatan, ada juga dua peristiwa yang hampir serupa, yakni adanya kebijakan Bank BNI 46 yang menutup 96 kantor cabangnya di tahun ini. Peristiwa kedua adalah, perusahaan maskapai penerbangan di Indonesia, yakni Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air menawarkan pensiun dini kepada karyawannya. Perusahaan Garuda bahkan akan memangkas armadanya dengan menyisakan setengah karyawanya.

Kita tentu ikut prihatin. Terlebih kebayang berapa banyak orang-orang yang selama ini bekerja di tempat-tempat tadi akan kehilangan pekerjaan dan masuk ke lingkaran nasib yang tak jelas lagi masa depannya. Sejumlah perusahaan yang bermasalah tadi oleh sejumlah analis bisnis dan manajemen dimasukan ke dalam kelompok "The end of asset-heavy company”, yakni perusahaan berkategori memiliki aset fisik sangat besar dan kini terhimpit beban overhead yang sangat berat.

Perusahaan-perusahaan tadi gagal bukan karena kurang hebat, bukan pula karena tidak keren. Mereka semua gagal karena mereka terperosok ke jurang disrupsi yang sangat dalam dan lebar. Jurang ini beberapa ahli menyebutnya sebagai  “Triple Disruption” yakni 3 buah disrupsi yang terjadi sekaligus. Ketiga disrupsi ini adalah Digital Disruption, Milennial Disruption dan Pandemic Disruption.

Uniknya, nasib berbeda justru dialami Superindo, ia masih terus eksis dan justru makin berkembang dan terus membuka gerai-gerai baru di Indonesia. Menurut Ikrom Zain, mengapa Superindo masih eksis dan bahkan terus berkembang setidaknya ada lima sebab. Kelima sebab atau alasan kuat itu adalah : (1) Masalah Harga; (2) Aksesbilitas Layanan; (3) Adanya Sistem Member; (4) Layanan kepada Konsumen; dan (5) Soal lokasi.

Beberapa pendapat terkait harga di Superindo juga mengatakan harga di sana lebih murah. Dan ini penyebab utama orang datang ke sebuah supermarket. Terus Superindo juga sejak awal jelas positioning-nya, ia fokus ke barang-barang kebutuhan sehari-hari dan ketika mencari barang juga gampang. Tidak perlu muter-muter dan melewati banyak lorong.

Selain itu, soal benefit langsung (diskon bagi member) layanan yang baik (dan ramah) juga diberikan ruang juga untuk memilih dikemas dengan kantong belanja atau kardus juga membantu menyesuaikan kondisi konsumen. Selain itu, soal kedekatan lokasi dari rumah, mudah dijangkau dan parkir yang gratis juga jadi penguat alasan untuk konsumen terus dan terus berbelanja di Superindo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement