Senin 31 May 2021 06:27 WIB

Kisah Komunitas Islam Generasi Pertama di Sumatra

Komunitas itu terbangun sejak era Khalifah Sayyidina Usman bin Affan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Kisah Komunitas Islam Generasi Pertama di Sumatra. Umat muslim mencuci tangan sebelum menunaikan shalat Jumat awal bulan Ramadhan di Masjid Raya Al Mashun Medan, Sumatera Utara, Jumat (24/4/2020). Jamaah masjid di tempat itu tetap melaksanakan shalat Jumat di tengah pandemi COVID-19 dengan diwajibkan mengunakan masker, penyemprotan disinfektan dan mencuci tangan
Foto: ANTARA/septianda perdana
Kisah Komunitas Islam Generasi Pertama di Sumatra. Umat muslim mencuci tangan sebelum menunaikan shalat Jumat awal bulan Ramadhan di Masjid Raya Al Mashun Medan, Sumatera Utara, Jumat (24/4/2020). Jamaah masjid di tempat itu tetap melaksanakan shalat Jumat di tengah pandemi COVID-19 dengan diwajibkan mengunakan masker, penyemprotan disinfektan dan mencuci tangan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Islam generasi pertama di Sumatra ternyata tidak hanya ada di Barus (Sumatra Utara/Tapanuli Tengah). Namun, terdapat wilayah lain yang juga memiliki jejak-jejak informasi sejarah mengenai komunitas pertama Islam di Sumatra.

Dhurorudin Mashad dalam buku Muslim Papua menjelaskan, selain di Barus ternyata terdapat pula komunitas Islam generasi pertama. Di wilayah Aceh yang dulunya disebut dengan Ta Ce, terdapat informasi mengenai komunitas Islam generasi pertama. Komunitas itu terbangun sejak era Khalifah Sayyidina Usman bin Affan.

Baca Juga

Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 Masehi Sayyidina Usman mengirim delegasi ke China. Dan dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun itu, para utusan Sayyidina Usman singgah juga ke kepulauan di Nusantara.

Dua dekade berikutnya tepatnya tahun 674 Masehi, pemerintah Dinasti Umayyah bahkan telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatra. Inilah perkenalan pertama penduduk wilayah itu dengan agama Islam.

Sedangkan di dalam sentra kerajaan Sriwijaya (Palembang dan sekitarnya) pun dakwah Islam ternyata sama tuanya dengan Barus maupun Aceh yang terjadi sejak Rasulullah SAW masih hidup. Disebutkan sekitar 628 Masehi, penguasa Sriwijaya kedatangan utusan dari tanah Arab bernama Askasyah bin Muhsin Al-Usdi.

 

 

Akasyah diutus Nabi Muhammad untuk menyampaikan Islam kepada penguasa Sriwijaya. Utusan ini mendapat sambutan baik, alasannya adalah karena Islam adalah ajaran monoteisme yang memiliki kemiripan dengan keyakinan yang dianut oleh sebagian bangsawan Sriwijaya yang dikenal sebagai ajaran Abraham.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement