Ahad 30 May 2021 07:33 WIB

Kelompok Penentang Junta Myanmar Melatih Pasukan Pertahanan

Sebuah video upacara kelulusan menunjukkan ratusan orang berseragam melakukan parade.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Andi Nur Aminah
Suasana demonstrasi antijunta militer di Myanmar.
Foto: Anadolu Agency
Suasana demonstrasi antijunta militer di Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Sebuah kelompok yang dibentuk untuk menentang junta militer Myanmar telah menyelesaikan pelatihan terhadap pasukan pertahanan. Mereka merilis sebuah video yang menunjukkan ratusan orang berseragam melakukan parade.

Pemerintah Persatuan Nasional telah mengumumkan akan membentuk Angkatan Pertahanan Rakyat untuk menantang militer Myanmar yang merebut kekuasaan pada 1 Februari. Video upacara kelulusan dirilis pada Jumat (28/5) atas nama Yee Mon, sebagai menteri pertahanan dari kelompok penentang junta.

Baca Juga

Video tersebut menunjukkan sekitar 100 orang berbaris di lapangan parade berlumpur di hutan. Mereka berbaris dengan seragam kamuflase baru di belakang bendera kekuatan baru, yang berwarna merah dengan bintang putih. Dalam video itu mereka tampak tidak membawa senjata. "Militer ini dibentuk oleh pemerintah sipil resmi," kata seorang perwira tak dikenal pada upacara tersebut. 

"Pasukan Pertahanan Rakyat harus sejalan dengan rakyat dan melindungi rakyat. Kami akan berjuang untuk memenangkan pertempuran ini," ujar perwira tersebut.

Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar. Otoritas militer menyebut Pemerintah Persatuan Nasional adalah pengkhianat. Mereka juga menetapkan Angkatan Pertahanan Rakyat sebagai kelompok teroris.

Hampir empat bulan setelah kudeta, militer Myanmar masih berjuang untuk menegakkan ketertiban. Protes anti-militer terjadi setiap hari di sebagian besar negara bagian, dan pemogokan oleh penentang junta telah melumpuhkan bisnis. Selain itu pertempuran dengan kelompok-kelompok etnis bersenjata yang menentang junta dan milisi baru yang dibentuk telah meletus di sejumlah wilayah.

Dua bom rakitan meledak di kota utama Yangon pada Sabtu (29/5). Outlet berita Mizzima melaporkan, bom itu menargetkan sebuah pos polisi dan sebuah truk tentara. 

Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan, pasukan junta telah menewaskan lebih dari 800 orang sejak kudeta. Sementara lebih dari 4.000 orang telah ditahan. Pemimpin Junta Min Aung Hlaing mengatakan, korban tewas sipil mendekati 300. Dia juga mengatakan sekitar 50 anggota polisi telah tewas selama bentrokan. Namun dia tidak memberikan jumlah korban dari pihak militer.  

Militer melakukan dengan alasan bahwa ada kecurangan dalam pemilihan umum. Tuduhan itu ditolak oleh komisi pemilihan. Militer telah menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan menjerumuskan Myanmar itu ke dalam kekacauan. 

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement