Sabtu 29 May 2021 18:37 WIB

Abaikan Prokes, Bisa Kehilangan Orang Tua yang Lansia

Taati prokes dan lakukan vaksinasi bagi para lansia.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Subarkah
Vaksinator dan pengantar lansia membantu proses penyuntikan vaksin salah satu peserta pada gebyar vaksin lansia di Palembang Indah Mall, Sumsel, Sabtu (29/5/2021). Kegiatan vaksin dalam rangka hari lanjut usia nasional ini menargetkan 200 lansia penerima vaksin dengan sistem satu pegawai mal membawa dua lansia untuk divaksinasi.
Foto: ANTARA/Feny Selly
Vaksinator dan pengantar lansia membantu proses penyuntikan vaksin salah satu peserta pada gebyar vaksin lansia di Palembang Indah Mall, Sumsel, Sabtu (29/5/2021). Kegiatan vaksin dalam rangka hari lanjut usia nasional ini menargetkan 200 lansia penerima vaksin dengan sistem satu pegawai mal membawa dua lansia untuk divaksinasi.

REPUBLIKA.CO.ID, -- Pandemi Covid-19 masih meluas dan nyata. Meski begitu, masih banyak orang meremehkannya dengan tidak menaati protokol kesehatan (prokes). Bahkan, sebagian masyarakat malah masih terus menganggap Covid-19 tak ada.

''Ah Mbak, Covid gak ada. Gak ada,'' kata seorang lelaki yang membeli obat turun panas di sebuah apotek di kawasan Ciledug, Tangerang. Kala itu dia kesal karena petugas apotek meminta dia keluar dari tempat tersebut karena tak mau pakai masker. Dia bolak-balik berkeras bila Covid tak ada. Dan, pegawai apotek tetap kukuh meminta ke luar. ''Tidak,Aanda di luar saja. Anda tak boleh masuk karena tak pakai masker!''

Pendapat sama juga masih terjadi di beberapa tempat belanja yang ada di area perkampungan. Banyak penjaga toko tetap tak mau pakai masker. Dan juga rata-rata penjaga warung makanan 'warteg' juga tak mau pakai masker. Mereka kebanyakan 'ngeyel' ketika diminta pakai masker atau menaati prokes. ''Alah, Covid gak ada,'' katanya.

Memang itulah yang mengurut dada sampai kini. Padahal, angka persebaran Covid-19 juga masih belum turun. Mereka seolah tak sadar akan bahaya itu. Mereka tak mau tahu bahwa betapa Covid-19 bagi mereka, apalagi bila punya orang tua 'lansia', sangat berbahaya.

Mengapa demikian? Melihat data sudah sangat jelas, angka kematian pada lanjut usia (lansia) usia 60 tahun ke atas akibat Covid-19 mencapai 49,4 persen dan jadi yang tertinggi di antara kelompok usia lainnya. 

 

Eka Simanjutak dan Taufoq Dimas (20 tahun) jadi saksi hidup betapa ganasnya Covid-19 yang merenggut nyawa ayahnya yang telah memasuki fase usia lansia.

 

Eka kini hidupnya terasa sunyi karena tak lagi ditemani ayahnya. Sebab, orang tua tercintanya, Humala Simanjunta,k meninggal dunia 1 Maret 2021 lalu. Almarhum sempat dirawat 11 hari di Rumah Sakit Hermina Kemayoran.

 

"Bapak wafat pada usia 85 tahun," ujar Eka seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (29/5).

 

Menurut Eka, sebelum meninggal dunia ayahnya masih sangat aktif, masih bekerja, jalannya juga masih tegak, berpikir baik, bahkan ke mana-mana masih menyetir sendiri. Humala berprofesi sebagai pengacara, dan menurut Eka, ayahnya masih aktif melakukan pendampingan bagi orang-orang yang memiliki masalah hukum.

 

Namun, satu saat ayahnya jatuh di tangga. Eka dan keluarga sempat membawa ayahnya ke rumah sakit. Sempat didiagnosis memiliki masalah pada gendang telinga, keseimbangannya terganggu dan rawat jalan di rumah. Pada saat makan, ayahnya tidak bisa mencium bau dan merasakan makanan.

 

"Kakak saya mulai curiga, ayah saya langsung di-PCR dan hasilnya positif Covid-19. Kemudian, langsung dirawat di RS Hermina Kemayoran hingga tutup usia," katanya.

 

Menurut Eka, semasa hidupnya ayahnya adalah orang yang sangat disiplin menerapkan protokol kesehatan. Tidak hanya pada dirinya, tapi juga rekan kerja di kantor. Ayahnya sering mengingatkan yang lain agar selalu menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dan tidak boleh berkumpul.

 

Hingga karena suatu keperluan, lanjut Eka, ayahnya pulang ke kampung. Di sana ayahnya menyaksikan banyak orang yang tidak menjalankan protokol kesehatan, tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, tetapi tidak banyak yang tertular Covid-19. Pengalaman itulah yang membuat ayahnya kemudian mulai menganggap Covid-19 tidak terlalu berbahaya seperti yang selama ini disampaikan.

 

"Apalagi, ayah saya merasa sehat dan masih bisa beraktivitas seperti biasa di usia yang sudah 85 tahun," ujarnya.

 

Untuk itu, Eka berpesan kepada siapa pun untuk tidak menganggap remeh Covid-19 meski merasa sehat. Menurut Eka, ayahnya juga dari segi kesehatan tidak pernah ada masalah. Selama hidup ayahnya juga amat konsen dengan kesehatan, makan dan tidur teratur, serta rajin olahraga, tapi akhirnya terpapar Covid-19 dan meninggal. 

 

"Kita tidak pernah tahu dalam kondisi seperti apa kita tertular," kata Eka berpesan.

 

Untuk itu, dia pun mengingatkan, vaksinasi saat ini merupakan satu-satunya cara menghindari Covid-19 selain menerapkan protokol kesehatan. Tidak alasan untuk tidak divaksin. Ia mengakui banyak rumor tentang efek samping setelah divaksin, tapi ada ratusan juta orang di seluruh dunia yang telah divaksin dan sejauh ini hampir semua baik-baik saja.

 

"Tidak ada yang lain. Vaksinasi mengurangi risiko, dan kalaupun masih tertular, proses penyembuhannya akan lebih baik dibanding dengan yang belum divaksinasi," ujar Eka menegaskan.

 

Peristiwa serupa juga dialami Taufiq asal Banyumas, yang harus kehilangan ayahnya karena Covid-19. Dimas berpesan, pandemi sudah lama melanda bangsa ini dan sudah banyak yang harus meninggal dunia akibat Covid-19.

 

Menurut Taufik, sudah bukan waktunya untuk ragu apakah Covid-19 ada atau tidak. Apalagi sampai menganggap enteng dan meremehkan. Dimas juga berpendapat, vaksinasi amat penting, terutama bagi lansia. ''Menaati prokes dan vaksinansi amat penting bagi lansia sekarang."

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement