Sabtu 29 May 2021 14:08 WIB

Pemerintah Bayangan Myanmar Pamerkan Pasukan Bersenjata Baru

Protes antimiliter terjadi setiap hari di banyak bagian negara Myanmar.

Pemerintah Bayangan Myanmar Pamerkan Pasukan Bersenjata Baru. Para pengunjuk rasa memberi hormat tiga jari saat mereka membawa bendera serikat mahasiswa selama protes terhadap kudeta militer di Mandalay, Myanmar, 21 Mei 2021.
Foto: EPA/STRINGER
Pemerintah Bayangan Myanmar Pamerkan Pasukan Bersenjata Baru. Para pengunjuk rasa memberi hormat tiga jari saat mereka membawa bendera serikat mahasiswa selama protes terhadap kudeta militer di Mandalay, Myanmar, 21 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pemerintah bawah tanah yang dibentuk oleh penentang junta militer Myanmar mengatakan gelombang pertama rekrutannya telah menyelesaikan pelatihan untuk pasukan pertahanan baru. Mereka merilis video pasukan yang berparade itu dengan seragam.

Pemerintah Persatuan Nasional telah mengumumkan akan membentuk Angkatan Pertahanan Rakyat untuk menantang tentara, yang merebut kekuasaan pada 1 Februari, menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, dan menjerumuskan negara Asia Tenggara itu ke dalam kekacauan.

Baca Juga

Video upacara pelantikan pasukan itu dirilis pada Jumat (28/5) atas nama Yee Mon, menteri pertahanan pemerintah bayangan. "Militer ini dibentuk oleh pemerintah sipil resmi," kata seorang perwira tak dikenal pada upacara tersebut.

"Pasukan Pertahanan Rakyat harus sejalan dengan rakyat dan melindungi rakyat. Kami akan berjuang memenangkan pertempuran ini." Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.

Otoritas militer mengatakan, Pemerintah Persatuan Nasional adalah pengkhianat dan, baik pemerintah itu maupun Angkatan Pertahanan Rakyat, telah ditetapkan sebagai kelompok teroris. Video tersebut menunjukkan sekitar 100 pejuang berbaris di lapangan parade berlumpur di hutan.

Mereka berbaris dengan seragam kamuflase baru di belakang bendera kekuatan baru, merah dengan bintang putih. Mereka tidak ditampilkan membawa senjata.

Hampir empat bulan setelah kudeta, tentara masih berjuang menegakkan ketertiban. Protes antimiliter terjadi setiap hari di banyak bagian negara, pemogokan oleh penentang junta telah melumpuhkan bisnis dan pertempuran telah berkobar dengan kelompok-kelompok etnis bersenjata yang menentang junta dan milisi baru yang dibentuk untuk menentangnya.

Dua bom rakitan meledak di kota utama Yangon pada Sabtu, tampaknya menargetkan sebuah pos polisi dan sebuah truk tentara, kata layanan berita Mizzima. Dikatakan satu orang yang berbicara dengan tentara telah terluka dalam insiden kedua.

Pasukan junta telah menewaskan lebih dari 800 orang sejak kudeta, menurut angka yang dikutip oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Lebih dari 4.000 orang telah ditahan.

Pemimpin Junta Min Aung Hlaing mengatakan, korban tewas sipil mendekati 300 dan mengatakan sekitar 50 anggota polisi telah tewas. Dia tidak memberikan angka untuk tentara.

Kelompok-kelompok yang memerangi angkatan bersenjata mengatakan, mereka telah menimbulkan banyak korban. Tentara membenarkan kudeta tersebut dengan alasan kecurangan dalam pemilihan umum yang dilakukan oleh partai Suu Kyi pada November.

Tuduhan itu ditolak oleh komisi pemilihan sebelumnya. Suu Kyi (75 tahun) diadili atas serangkaian tuduhan yang menurut pengacaranya bermotif politik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement