Jumat 28 May 2021 15:06 WIB

'Perjuangan Palestina Perjuangan Nasionalisme Rakyat'

Bangsa Indonesia perlu menyatukan diri ke dalam strategi terpadu.

Orang-orang meneriakkan slogan saat unjuk rasa di Jakarta, Jumat (28/5). Ratusan buruh Indonesia menggelar aksi solidaritas dengan warga Palestina di luar beberapa tempat, termasuk kantor PBB, dan Kedutaan Besar Prancis dan AS di ibu kota.
Foto: EPA-EFE/Bagus Indahono
Orang-orang meneriakkan slogan saat unjuk rasa di Jakarta, Jumat (28/5). Ratusan buruh Indonesia menggelar aksi solidaritas dengan warga Palestina di luar beberapa tempat, termasuk kantor PBB, dan Kedutaan Besar Prancis dan AS di ibu kota.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Perjuangan Palestina hendaknya dibaca sebagai gerakan nasionalisme rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai negara yang berdaulat.  Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Muayyad Windan, Sukoharjo  KH Mohammad Dian Nafi, mengatakan bahwa menyusupkan wacana khilafah ke dalam perjuangan (nasionalisme) Palestina justru menjauhkan rakyat Palestina dari pokok permasalahan yang sedang dihadapi dan menjadi hak mereka sebagai bangsa, yaitu mencapai kemerdekaan dan terbebas dari penjajahan.

"Bangsa Palestina sedang berjuang untuk memulihkan kedaulatan politiknya sebagai bangsa yang merdeka. Untuk perjuangan itu penumbuhan kerukunan kebangsaan Palestina tentu menjadi keniscayaan," ujar Mohammad Dian Nafi di Sukoharjo, beberapa waktu lalu.

Menurut Kiai Dian, perjuangan politik sebagai bangsa itulah nasionalisme yang merupakan spirit persatuan sesama warga bangsa Palestina yang tentunya berhak untuk hidup bermartabat bersama bangsa-bangsa di dunia.

"Dengan demikian, gagasan khilafah yang sejak awal menolak nasionalisme malah mengaburkan pokok perjuangan bangsa Palestina itu sendiri," ujarnya.

 

Lebih lanjut Kiai Dian menjelaskan, ada tiga cara utama untuk mensterilkan perjuangan nasionalisme Palestina dari narasi khilafah dan politik identitas itu. Pertama, membuka diri kepada realitas perjuangan bangsa Palestina, yakni di dalam bangsa Palestina sendiri saat ini terdapat beberapa faksi yang belum sependapat.

"Karena adanya hal tersebut, ini berpendapat bahwa bangsa Palestina mengalami kesulitan yang sangat berat untuk menyelenggarakan urusan keamanan dan kesejahteraan bagi penduduknya sendiri. Apalagi dirinya menambahkan bahwa negara-negara Arab tetangganya juga belum sepakat untuk melangkah secara sinergis dan efektif untuk membantu Palestina," ujarnya.

Kemudian yang Kedua menurutnya, literasi tentang nasionalisme sebagai modal sosial yang pokok perjuangan kemerdekaan bangsa-bangsa. Sejak awal Nabi Muhammad SAW membangun masyarakat berkeadilan dan bermartabat di Medinah menempatkan persatuan seluruh warga sebagai modal sosial yang utama.

"Untuk itulah beliau (Nabi Muhammad) telah memelopori platform agung yang dikenal dengan Piagam Madinah yang senyatanya dapat menginspirasi kerukunan kebangsaan," katanya.

Alumni Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sebelas Maret itu mencontohkan perjuangan bangsa Indonesia yang mana berjuang bermodalkan spirit yang disebut nasionalisme. "Yang kemudian setelah merdeka spirit tersebut menjadi semangat kebangsaan yang bersifat mengisi kemerdekaan dengan perjuangan untuk mencapai tujuan nasional.  Babak-babak sejarah itu masih menjadi perjuangan bagi bangsa Palestina saat ini," katanya.

Kemudian ketiga menurutnya konsolidasi warga bangsa ke dalam strategi terpadu dalam memahami masalah-masalah antarbangsa. Warga bangsa Indonesia perlu menyatukan diri ke dalam strategi terpadu untuk ikut mendukung perjuangan bangsa Palestina.

"Politik luar negeri bebas aktif yang dirintis oleh Proklamator kita yang juga Wakil Presiden pertama Republik Indonesia (Mohammad Hatta) tentunya merupakan pilihan terbaik di dalam mewujudkannya," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement