Jumat 28 May 2021 02:13 WIB

Mantan Jenderal Israel: Hamas Lebih Banyak Menang

Israel mengklaim menargetkan kepemimpinan Hamas dan sistem terowongan bawah tanah

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
 Mofeed Sabit, 64, duduk di sofa di sepanjang jalan yang dipenuhi puing-puing, dari serangan udara yang menghancurkan sebuah bangunan sebelum gencatan senjata yang dicapai setelah perang 11 hari antara penguasa Hamas di Gaza dan Israel, Senin, 24 Mei 2021, di Magazzi, Jalur Gaza.
Foto: AP/John Minchillo
Mofeed Sabit, 64, duduk di sofa di sepanjang jalan yang dipenuhi puing-puing, dari serangan udara yang menghancurkan sebuah bangunan sebelum gencatan senjata yang dicapai setelah perang 11 hari antara penguasa Hamas di Gaza dan Israel, Senin, 24 Mei 2021, di Magazzi, Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, TELAVIV -- Israel membanggakan keberhasilan menghancurkan Hamas dalam operasi militer terbaru di Jalur Gaza. Namun asumsi ini dibantah oleh mantan petinggi militer Israel, Brigadir Jenderal Asaf Agmon yang menilai Hamas lebih sukses.

Agmon menunjukkan meskipun dihajar selama berhari-hari oleh Angkatan Udara Israel (IDF), kelompok yang bermarkas di Gaza itu sebenarnya menang lebih banyak dalam konflik ini. Menurut Agmon, berani menyerang Israel dengan ribuan roket membawa Hamas ke "agenda utama" pada saat Israel dan negara-negara lain mulai percaya kelompok itu telah ditangani.

Baca Juga

"Sekarang, Hamas dipandang sebagai pemimpin sentral di antara rakyat Palestina, bahkan di Tepi Barat dan negara-negara di Timur Tengah. Kami menjadikannya sebagai faktor utama dalam konflik di wilayah Otoritas Palestina, pertama dan terpenting di Yerusalem," kata Agmon dilansir dari Sputnik pada Kamis (27/5).

Serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel terjadi menjelang pemilihan umum di wilayah Otoritas Palestina yang diumumkan oleh Mahmoud Abbas. Meski tanggal pemilihan masih belum jelas, Hamas, yang juga terlibat dalam kegiatan politik, kemungkinan akan berupaya memperkuat posisinya tidak hanya di Gaza tetapi juga di Tepi Barat.

"Kelompok itu mendapatkan kembali keunggulannya, bahkan di benak orang Israel setelah putaran terakhir serangan, yang dimulai pada 10 Mei dan berakhir 10 hari kemudian dengan gencatan senjata," ujar Agmon.

Agmon menambahkan sebelumnya warga Israel percaya bahwa Hamas telah dihantam. Tetapi kenyataannya Hamas telah tumbuh dalam kekuasaan. Mantan brigadir jenderal itu percaya penting bagi Israel untuk memahami bagaimana penilaiannya sendiri terhadap kelompok itu.

"Yang terjadi bukanlah hasil imbang, tapi kerugian yang mereka coba jual kepada kami sebagai sebuah prestasi. Yang terburuk adalah hal itu membuat kami mengabaikan kemunduran dan tidak belajar. Hal ini membawa kami pada kekalahan telak," ucap Agmon.

Komentar mantan militer itu muncul setelah Israel menyetujui gencatan senjata dengan Hamas setelah 10 hari baku tembak yang merenggut nyawa 12 warga Israel dan lebih dari 200 warga Palestina. Israel mengklaim telah menargetkan kepemimpinan Hamas dan sistem terowongan bawah tanah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement