Kamis 27 May 2021 19:15 WIB

Putri Thailand Setujui Impor Vaksin Covid-19

Keputusan saudari Raja Thailand melangkahi peran pemerintah soal vaksin Covid-19

Red: Nur Aini
 Petugas kesehatan Thailand menyiapkan suntikan vaksin COVID-19 untuk warga negara Thailand selama vaksinasi COVID-19 untuk petugas layanan publik di pusat vaksinasi yang didirikan di dalam Bang Sue Grand Station di Bangkok, Thailand, 24 Mei 2021.
Foto: EPA/NARONG SANGNAK
Petugas kesehatan Thailand menyiapkan suntikan vaksin COVID-19 untuk warga negara Thailand selama vaksinasi COVID-19 untuk petugas layanan publik di pusat vaksinasi yang didirikan di dalam Bang Sue Grand Station di Bangkok, Thailand, 24 Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Saudari Raja Thailand, Putri Chulabhorn, telah menyetujui impor vaksin Covid-19 oleh lembaga yang dia sponsori, melangkahi peran pemerintah saat negara itu menghadapi lonjakan infeksi serta meningkatnya kemarahan publik atas peluncuran vaksinasi yang lambat dan kacau.

Sekretaris jenderal Akademi Kerajaan Chulabhorn menulis di Facebook bahwa "vaksin alternatif" akan melengkapi gerakan vaksinasi sampai pemerintah dapat memenuhi kebutuhan negara.K eputusan itu diumumkan pada Selasa malam (25/5) dan memperluas kemampuan Akademi Kerajaan Chulabhorn untuk menangani virus corona.

Baca Juga

Pengumuman ditandatangani oleh Putri Chulabhorn, ketua lembaga tersebut sekaligus adik bungsu dari Raja Maha Vajiralongkorn."Akademi Kerajaan akan mendapatkan 'vaksin alternatif' sampai vaksin yang diproduksi di negara mencapai kapasitas yang cukup dapat melindungi dari wabah," tulis sekretaris jenderal Nithi Mahanonda di Facebook.

Ia menambahkan bahwa akademi tersebut akan mematuhi peraturan tentang impor dan pendaftaran.Pemerintah, yang telah lama bersikeras harus menangani semua impor vaksin, bulan depan akan memulai program imunisasi massal. Gerakan vaksinasi di Thailand sangat bergantung pada vaksin AstraZeneca yang diproduksi secara lokal oleh perusahaan milik raja.

Pengumuman di akun resmi Lembaran Kerajaan mengejutkan beberapa pihak di pemerintahan yang didukung militer. Hal itu terjadi ketika Thailand menderita wabah Covid-19 yang paling parah sejauh ini dan warganya semakin tidak nyaman tentang rencana vaksin.

Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul mengatakan dia tidak mengetahui perintah kerajaan itu sebelum diterbitkan. "Saya baru melihat pengumumannya tadi malam. Tetapi jika itu menguntungkan negara, kami siap," kata Anutin saat diwawancarai televisi lokal.

Akademi Kerajaan Chulabhorn, yang mencakup rumah sakit dan lembaga penelitian, telah menyelenggarakan konferensi pers pekan lalu tentang impor vaksin Sinopharm. Thailand diperkirakan akan menyetujui vaksin buatan China untuk penggunaan darurat minggu ini. Namun, belum jelas berapa banyak vaksin yang akan diimpor akademi dan kapan.

Pemerintah Thailand berharap dapat menyediakan enam juta dosis vaksin AstraZeneca dan tiga juta dosis vaksin Sinovacpada Juni, seiring dengan upayanya untuk sudah menginokulasi 70 persen dari lebih dari 66 juta penduduknya pada akhir tahun. Rumah-rumah sakit swasta lain berencana membeli 10 juta dosis vaksin Moderna melalui perusahaan milik negara.

Pihak berwenang pada Kamis melaporkan 47 kematian baru akibat virus corona, rekor untuk hari kedua berturut-turut. Jumlah terbaru itu menjadikan total kematian menjadi 920 orang di tengah 141.217 kasus secara keseluruhan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement