Kamis 27 May 2021 17:25 WIB

IHSG Ditutup Menguat Seiring Penguatan Bursa Asia

IHSG sepanjang hari ini menguat dan ditutup naik ke posisi 5.841,82.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau pada perdagangan hari ini, Kamis (27/5). IHSG sepanjang hari ini menguat dan ditutup naik sebesar 0,45 persen ke posisi 5.841,82. 

Pergerakan IHSG yang menanjak ini seiring dengan sentimen eksternal dan internal. "Dari eksternal, pasar saham regional Asia cenderung menguat seiring dengan rilis data profit industrial China," kata," Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, Kamis (27/5). 

Biro Statistik China dalam rilisnya mencatat profit industrial secara tahunan tumbuh 57 persen di bulan April menjadi 120,22 miliar dolar AS. Sementara untuk periode Januari-April, profit industrial tumbuh 106 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 2,59 triliun yuan, didukung oleh penurunan aktivitas terkait virus awal tahun lalu. 

Meskipun data bulan April tumbuh namun mengalami perlambatan jika dibandingkan pada bulan Maret 2021. Hal ini menunjukan ada perlambatan atau kinerja masih belum merata. Namun demikian pemulihan ekonomi China secara bertahap menunjukan progres membaik. 

Dari internal, Nico mengatakan, menguatnya IHSG tampaknya ditopang sikap Bank Indonesia (BI) yang memutuskan suku bunga acuan tetap di level 3,5 persen. BI juga terus mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial akomodatif serta mempercepat digitalisasi sistem pembayaran

Indonesia untuk memperkuat upaya pemulihan ekonomi nasional. 

Koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait juga terus diperkuat untuk mendorong penurunan suku bunga kredit perbankan dan meningkatkan kredit atau pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas.

"Ini kemungkinan bisa memberikan sentimen positif bagi pasar," kata Nico. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement