Kamis 27 May 2021 05:07 WIB

Profesor Tunisia Sebut Pembangunan Masjid Pemborosan Saja

Profesor di Tunisia mengkritik penggunaan dana publik untuk masjid.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Profesor di Tunisia mengkritik penggunaan dana publik untuk masjid. Ilustrasi Masjid Koiruan di Tunisia.
Foto: Anadolu/Yassine Gaidi
Profesor di Tunisia mengkritik penggunaan dana publik untuk masjid. Ilustrasi Masjid Koiruan di Tunisia.

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS – Pernyataan seorang profesor hukum di Tunisia menuai kontroversi setelah mengatakan bahwa pembangunan masjid adalah pemborosan dana publik. 

Dia adalah Amin Mahfoudh seorang profesor hukum tata negara. Dia mengecam keras negara atas anggaran yang dikucurkan untuk membangun masjid di Tunisia. Dia menilai dana tersebut termasuk pendanaan untuk melengkapi kebutuhan masjid, seperti pendingin ruangan, hanya menguras kas negara.  

"Bayangkan jumlah air yang digunakan masjid. Bukankah lebih tepat menggunakan jumlah ini di negara yang kekurangan air? Bukankah lebih tepat menggunakannya untuk irigasi?" kata Mahfoudh dalam unggahan dalam akun Facebook pribadinya, seperti dilansir the New Arab pada Kamis (27/5). 

Dia menambahkan, hal yang sama terjadi pada penggunaan listrik yang berlebihan. “Setiap pembangunan masjid baru adalah serangan terang-terangan terhadap semua prinsip konstitusi dan pemborosan dana publik," kata Mahfoudh. 

Pernyataan Mahfoudh itu menjadi bahan ejekan dan kritik di media sosial. Banyak Muslim Tunisia terprovokasi komentarnya yang mereka anggap sebagai serangan terhadap keyakinan mereka.  

Mantan menteri Munji Marzouq menganggap kata-kata Mahfoudh sebagai absurditas intelektual yang sakit. "Apa tujuan mulia manusia, jika bukan kehidupan yang lebih baik, di mana seseorang menemukan kebahagiaan, ketenangan, dan keseimbangannya?" kata Marzouq. 

Beberapa orang menilai komentar Mahfoudh memiliki motif politik lain di belakangnya. Karena, dia dianggap dekat dengan Presiden Tunisia Kais Saied. Partai sekuler Tunisia yang berafiliasi dengan Saied telah berselisih dengan faksi politik Muslim yang lebih konservatif di negara itu, yang menyebabkan kebuntuan politik.   

Sumber: alaraby

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement