Senin 24 May 2021 09:55 WIB

IHSG Dibuka Menguat Tipis Tertekan Risiko Inflasi

Pergerakan IHSG ini sejalan dengan indeks saham Asia yang naik tipis.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Pekerja melihat telepon pintarnya dengan latar belakang layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak campuran pada perdagangan pagi ini, Senin (24/5). IHSG sempat dibuka di zona hijau dan menguat sebesar 0,48 persen ke level 5.800. Namun sesaat kemudian, IHSG kembali jatuh ke zona merah.

Pergerakan IHSG ini sejalan dengan indeks saham Asia yang naik tipis di tengah tekanan kekhawatiran mengenai risiko inflasi. "Investor cemas menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pekan ini," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Senin (24/5). 

Baca Juga

Dalam waktu dekat, AS akan merilis data Personal Consumption Expenditure (PCE) bulan April yang diperkirakan mencatatkan kenaikan sebesar 3,5 persen secara tahunan. Angka teresebut merupakan yang terbesar sejak 2008. 

Sementara itu, Core PCE diramalkan akan tumbuh 2,9 persen yoy. Ini lompatan terbesar dalam lebih dari dua dekade. Angka Core PCE yang lebih tinggi akan kembali memicu perdebatan mengenai penarikan (tapering off) lebih awal paket stimulus moneter oleh the Fed.

 

Sejumlah pejabat the Fed dijadwalkan memberi pidato sepanjang pekan ini. Investor akan menyoroti pernyataan dari mereka karena investor perlu terus diyakinkan sebelum menerima wacana bahwa tekanan inflasi tidak akan berlangsung lama. 

"Pelaku pasar tentunya ingin tahu apakah para pejabat the Fed akan tetap menyuarakan sikap lunak (dovish) berkaitan dengan kebijakan moneter," tulis Phillip Sekuritas Indonesia. 

Menurut riset, investor juga akan memantau perkembangan harga komoditas global di tengah upaya Pemerintah China mengendalikan lonjakan harga serta aksi spekulasi sehingga tidak memicu ledakan inflasi.

Untuk pekan ini, investor akan menantikan keputusan suku bunga acuan dari beberapa bank sentral di kawasan Asia, seperti Bank Indonesia (Selasa), Reserve Bank of New Zealand (Rabu) dan Bank of Korea (Kamis).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement