Ahad 23 May 2021 14:21 WIB

Angka Cerai Gugat Dominan di Kota Salatiga

Sekolah Pra Nikah Menjadi Strategis.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Angka Cerai Gugat Dominan di Kota Salatiga. Ilustrasi Sidang Perceraian
Foto: Foto : MgRol112
Angka Cerai Gugat Dominan di Kota Salatiga. Ilustrasi Sidang Perceraian

REPUBLIKA.CO.ID,SALATIGA -- Angka permohonan perceraian yang diajukan istri (cerai gugat) masih cukup mendominasi di wilayah Kota Salatiga, Jawa Tengah. Peran istri sebagai penopang bagi kebutuhan keluarga –disebut-- menjadi penyebab utama gugatan cerai yang diajukan pihak perempuan.

Ketua Forum Antar Umat Beragama Peduli Keluarga Sejahtera dan Kependudukan (Fapsedu) Kota Salatiga, Dr Rahmat Hariyadi mengungkapkan, pada Bulan Januari 2021 jumlah cerai talak di Kota Salatiga mencapai 42 perkara.

Sedangkan untuk jumlah cerai gugat yang diajukan oleh pihak istri pada periode yang sama, mencapai sebanyak 97 perkara.

Kendati angka cerai talak menurun pada bulan Februari 2021 menjadi 24 perkara, namun angka cerai gugat masih lebih tinggi dan jumlahnya mencapai hampir tiga kali lipat dari cerai talak, atau mencapai 69 perkara.

Artinya angka permintaan perceraian yang diajukan oleh istri masih mendominasi di Kota Salatiga. “Maka bicara persoalan ketahanan keluarga, masih perlu didorong lagi di Kota Salatiga,” ungkapnya, Ahad (23/5).

Hariyadi juga menyampaikan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan salah satu temuan Fapsedu Kota Salatiga adalah pabrik (industri) lebih menerima pekerja dari kaum perempuan dibandingkan dengan laki- laki.

Hal itu jamak menyebabkan pergeseran peran orang tua dalam dalam menjaga dan mengasuh anak, seperti –misalnya-- yang mengantar anak ke TK (sekolah), menunggu hingga anak pulang kemudian beralih kepada laki- laki atau bapaknya.

Sementara yang sibuk mencari nafkah guna memenuhi berbagai kebutuhan keluarga adalah pihak perempuan atau ibunya. “Ini saya lihat sendiri dan kebetulan terjadi di depan rumah saya,” tegasnya.

Karena laki- laki (bapaknya) tidak bekerja dan istri merasa bekerja, maka jamak menjadi faktor utama penyebab perceraian,” tegas mantan Rektor IAIN Salatiga ini.

Hariyadi juga mengugkapkan, ketahanan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk mengelola sumber daya dan masalah yang dihadapi, agar keluarga menjadi sejahtera dengan terpenuhinya kebutuhan seluruh keluarga.

Di mana, indikatornya meliputi keutuhan dan keakraban (komunikasi: saling memahami, menerima, mengisi, syukur dan sabar), ketahanan ekonomi, ketahanan fisik, sosi-psikologis maupun ketahanan sosial budaya.

“Untuk itu, ‘sekolah pra nikah’ menjadi sangat penting untuk mendukung ketahanan keluarga serta terbentuknya keluarga berencana yang berkulitas,” tandasnya.

Sementara itu, dalam upaya mendorong ketahanan keluarga, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Salatiga telah melaksanakan berbagai program.

Salah satunya melalui workshop Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kecana) di tengah- tengah masyarakat.

“Termasuk juga menyelenggarakan Sekolah Pra Nikah bagi calon pasangan pengantin,” jelas Kabid Pengendalian Penduduk, Advokasi Komunikasi, Informasi dan Edukasi DP3APPKB Kota Salatiga, Budi Cahyono.

Sementara itu, Wali Kota Salatiga, Yuliyanto mengungkapkan, program Bangga Kencana di Kota Salatiga butuh dukungan dan komitmen semua pemangku kepentingan yang ada di dalamnya.

Menurutnya, program tersebut sangat strategis untuk mendorong terwujudnya ketahanan keluarga sekaligus mendorong kesejahteraan keluarga.

“Bangga Kencana adalah progran nasional yang perlu kita dukung, sehingga akan mampu membawa semangat baru bagi keberhasilan program serta kesejahteraan warga Kota Salatiga,” tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement