Jumat 21 May 2021 15:54 WIB

Jembatan Patah, Akses 50 KK Warga Banaran Terancam Putus

Kerusakan jembatan penghubung di wilayah Dusun Banaran termasuk dampak bencana alam.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
 Kondisi jembatan Dusun Banaran, Desa/Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang yang mengalami kerusakan dan tampak patah akibat pilar penyangga badan jembatan sepanjang 40 meter tersebut ambrol dan ambles, Jumat (21/5).
Foto: Bowo Pribadi
Kondisi jembatan Dusun Banaran, Desa/Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang yang mengalami kerusakan dan tampak patah akibat pilar penyangga badan jembatan sepanjang 40 meter tersebut ambrol dan ambles, Jumat (21/5).

REPUBLIKA.CO.ID,  UNGARAN -- Akses sedikitnya 50 kepala keluarga (KK) di lingkungan RT 04/RW 07 Dusun Banaran, Desa/Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, terancam putus. Pasalnya, jembatan penghubung wilayah RT 03 dengan RT 04 yang ada di wilayah mereka ambruk dan nyaris tidak bisa dilalui.

Penyebabnya, sejumlah pilar penyangga konstruksi jembatan sepanjang 40 meter tersebut ambrol dan sebagian juga mulai ambles. Akibatnya beberapa bagian badan jembatan yang ditopang pilar tersebut tampak patah.

“Kondisi jembatan menjadi seperti itu akibat meningkatnya debit air sungai yang dilalui, beberapa hari lalu,” ungkap Kepala Desa Bancak, Amin Sunaryo, yang dikonfirmasi di lokasi, Jumat (21/5).

Ia mengatakan ada empat pilar yang menyangga badan jembatan sepanjang 40 meter tersebut. Salah satu dari empat pilar itu diketahui ambles akibat pondasinya ambrol tergerus air sungai.

Akibat pilar ambles, bagian badan jembatan sepanjang 14 meter menjadi melengkung dan patah hingga turun ke badan sungai membentuk patahan. “Sehingga membahayakan jika dilalui, meski oleh sepeda motor sekalipun,” jelasnya.

Amin juga mengungkapkan, jembatan Dusun Banaran dibangun 1999 atau hingga kini sudah berusia 22 tahun. Saat jembatan dibangun mendapat stimulus dari pemerintah desa sebesar Rp 2 juta, sisanya merupakan anggaran swadaya warga.

Dengan rusaknya jembatan tersebut, kini akses penghubung wilayah RT 03 dengan wilayah RT 04, Dusun Banaran, pun nyaris terputus. Ia berharap agar jembatan ini segera diperbaiki agar tidak mengganggu aktivitas warga.

Dengan rusaknya jembatan itu, maka akses penghubung wilayah antar RT tersebut hanya tersisa jalan setapak. Selain harus memutar dengan jarak tempuh yang lebih jauh, jalan setapak juga harus menyeberangi sungai.

“Memang masih ada jalan setapak, tapi harus memutar agak jauh dan kalau musim penghujan tidak bisa dilewati karena harus menyeberangi sungai,” tegas Amin.

Terpisah, Bupati Semarang, Ngesti Nugraha yang dikonfirmasi, mengaku telah menginstruksikan kepada dinas terkait untuk mengeksekusi perbaikan jembatan yang nyaris terputus tadi dalam waktu 14 hari.

Menurutnya, kerusakan jembatan penghubung lingkungan di wilayah Dusun Banaran termasuk dampak bencana alam karena kerusakan disebabkan oleh derasnya arus sungai akibat debit air yang melonjak.

“Maka, selain langkah-langkah perbaikan, nanti juga dilakukan penguatan pada pondasi pilar jembatan agar tidak lagi terjadi kerusakan saat debit air sungai meningkat tajam,” jelas bupati.

Ia juga menyampaikan, berdasarkan analisis di lapangan, kerusakan jembatan juga dipengaruhi oleh usia konstruksi yang dibangun secara swadaya tersebut memang sudah lama.

“Maka, konstruksinya memang perlu dikembalikan seperti semula dengan diperkuat kembali bagian pilarnya. Sehingga nantinya masih bisa dilalui oleh mobil dengan ukuran kecil,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement