Kamis 20 May 2021 17:51 WIB

Menghadirkan Suasana Indonesia di Momen Lebaran Afrika Timur

Para diaspora di Afrika Timur menghadirkan suasana khas kampung halaman

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nashih Nashrullah
Saling berpelukan dan mengucapkan Idul Fitri usai shalat Idul Fitri di Nairobi.
Foto: Google.com
Saling berpelukan dan mengucapkan Idul Fitri usai shalat Idul Fitri di Nairobi.

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI – Diaspora Indonesia di berbagai wilayah memiliki cara uniknya masing-masing dalam merayakan Idul fitri. Jauh di pelosok Republik Demokratik Kongo (Kongo Kinshasa), Pasukan Garuda yang tergabung dalam misi penjaga perdamaian PBB MONUSCO melakukan perayaan Idul fitri dengan sederhana. 

Sajian khas Idul fitri ala Indonesia tetap lengkap pada halal bihalal. Kolonel Sandi Kamidianto, Komandan Satgas Batalyon Gerak Cepat (BGC) XXXIX-C MONUSCO menceritakan par personilnya. 

Baca Juga

Dia mengatakan, di Walungu, mereka memiliki 47 pasukan penjaga perdamaian wanita yang andal memasak, mulai dari opor, rendang, sambal goreng ati, hingga kue-kue. "Jadi suasananya seperti di Indonesia, kami bisa menikmati," ujar Kolonel Sandi dalam keterangan pers KBRI Nairobi, Selasa (18/5).

Dengan keterbatasan bahan baku yang ada di wilayah masing-masing, berbagai ide kreatif untuk tetap merayakan Idul fitri bermunculan.  "Kalau ketupat di tempat kami dibuat dari daun sawi," ujar Mayor Hendri Kiswanto. 

Kebetulan di wilayah Kivu Selatan tempatnya bertugas pohon kelapa sulit ditemukan. Oleh karena itu, untuk dapat menyantap ketupat saat Idul fitri mereka terpaksa mencari cara lainnya.  

Selain menggunakan daun kelapa sawit, alternatif lainnya dari ketupat adalah memasak lontong. "Karena di sini tidak ada daun kelapa, jadi kami memasak lontong," kata Mayor Tommy Patria dari Bendera, wilayah timur Kongo. 

Sementara itu, masyarakat di wilayah Uganda terpaksa merayakan Idul fitri di tengah suasana yang jauh dari keluarga dengan koneksi Internet yang masih belum stabil. "Sejauh ini hampir lima bulan akses internet dan media sosial di Uganda, terutama Kampala sangat dibatasi," ujar Sabar Emmy, diaspora Indonesia yang telah tinggal di Uganda selama belasan tahun. 

Masih belum stabil sepenuhnya situasi politik setelah pemilu yang digelar pada bulan Januari lalu membuat pemerintah Uganda masih melakukan pembatasan terhadap akses internet. Hal ini tentu turut membatasi silaturahmi yang dapat dilakukan oleh Diaspora Indonesia di Uganda dengan keluarga di Indonesia. 

Segala fakta-fakta unik dan menarik tersebut terungkap pada saat kegiatan halal bihalal virtual yang dilaksanakan oleh KBRI Nairobi yang digelar pada Sabtu (15/5). "Sudah dua kali puasa dan dua kali Idul fitri kita tidak bisa melakukan open house Idul fitri seperti tahun-tahun sebelumnya karena situasi pandemi yang masih belum memungkinkan," ujar Dr Hery Saripudin, Dubes RI Nairobi dalam membuka acara. Halal bihalal virtual tersebut dilaksanakan dari Wisma Duta RI Nairobi. "Mari kita sama-sama berdoa agar covid ini segera berlalu dari hadapan kita agar kita semua dapat berkumpul kembali," ujar Dubes Heri. 

Kegiatan Halal bihalal tersebut diikuti oleh diaspora Indonesia di Kenya, Uganda, RD Kongo, wakil Indonesia di Indian Ocean Rim Association (IORA), Mauritius, serta pasukan Garuda yang tengah ditugaskan di Sudan Selatan. Selain mengundang diaspora Indonesia, turut hadir dalam kegiatan tersebut alumni Indonesia di Somalia.

"Selama kuliah di Bandung, saya sering ikut teman mudik macam-macam daerah seperti Semarang, Tasikmalaya, Cirebon, Jakarta, dan Bali," kenang Abdirazak Dahir, salah satu alumni Indonesia di Somalia. Dengan Bahasa Indonesia yang masih sangat lancar Abdirazak menceritakan kenangannya selama berkuliah di Indonesia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement