Kamis 20 May 2021 16:26 WIB

Pemprov Jateng Diingatkan Antisipasi Bonus Demografi

Persentase anak muda di Jawa Tengah, jumlahnya sudah lebih besar.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pemprov Jateng Diingatkan Antisipasi Bonus Demografi. Ilustrasi Bonus Demografi
Foto: MgIT03
Pemprov Jateng Diingatkan Antisipasi Bonus Demografi. Ilustrasi Bonus Demografi

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah harus segera menyiapkan diri dalam mengantisipasi dampak bonus demografi. Saat ini tanda- tanda bonus demografi semakin terasa di Jawa Tengah.

Anggota Momisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah, Yudi Indras Wiendarto mengatakan populasi penduduk di Jawa Tengah --saat ini-- sudah didominasi oleh kelompok generasi Z dan generasi milenial.

Lebih spesifik ia menyebut, jumlah pemuda dan pemudi (usia16 hingga 30 tahun) di Jawa Tengah tercatat mencapai 7,6 juta jiwa, dengan rincian 3,8 juta diantaranya merupakan populasi pemudi.

Sedangkan jumlah pemudanya terpaut sekitar 100 ribu lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pemudinya. Maka, Jawa Tengah tidak bisa berpangku tangan dan mesti mengantisipasi bonus demografi tersebut.

"Sehingga --pada saatnya-- bonus demografi tersebut tidak menjadi persoalan bagi Jawa Tengah, di masa- masa yang akan datang," ungkapnya kepada Republika, di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (20/5).

Politisi Fraksi Partai Gerindra ini juga menjelaskan, persentase anak muda di Jawa Tengah, jumlahnya sudah lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok populasi penduduk angkatan yang lebih tua.

Data BPS Jawa Tengah mencatat generasi Z (lahir 1997 - 2012) saat ini sudah mencapai 25,31 persen, dari total populasi penduduk di Provinsi Jawa Tengah yang mencapai zebanyak 36,52 juta jiwa.

Sedangkan jumlah generasi milenial  (lahir 1981- 1996) sudah mencapai sebanyak 24,93 persen. Selebihnya, komposisi penduduk generasi X (1996- 1980) sebanyak 22,53 persen.

Sementara untuk generasi baby boomer (1946- 1964) sebanyak 14,18 persen, sedangkan untuk generasi post gen Z (2013- sekarang) jumlahnya tercatat sebanyak 10,61 persen.

Merujuk data BPS tersebut, dalam beberapa tahun ke depan, penduduk Jawa Tengah bakal didominasi oleh usia produktif. "Maka, pembangunan kepemudaan tak boleh hanya menyasar fisik, tapi juga menyiapkan SDM dan karakter yang sesuai," tegasnya.

Ia juga menambahkan, hal pertama yang mesti ditanamkan pada mereka (generasi Z dan generasi milenial), adalah rasa memiliki NKRI. Untuk itu mereka harus diarahkan untuk mengisi kemerdekaan dengan hal- hal yang positif.

Para pemuda juga penting diposisikan sebagai subyek dalam pembangunan di wilayahnya, dengan menanamkan berbagai kreativitas serta rasa tanggungjawab besar sebagai penentu keberlangsungan bangsa ke depan.

Mereka juga harus dibekali  kemampuan beradaptasi dengan eranya. Karena saat ini teknologi menjadi bekal wajib, maka harus dikuasai. "Termasjk tanggung jawab sosial juga mesti ditanamkan,” tegasnya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah, Sulistyo mengatakan, sesuai undang-undang tentang kepemudaan, pemuda adalah kelompok penduduk berusia 16- 30 tahun.

Saat ini, pembangunan yang telah dilakukan oleh disporapar mencakup pembanvunan fisik dan SDM. Mulai dari wawasan kebangsaan, bela negara hingga menerjunkan para pemuda untuk mengabdikan dirinya di tengah masyarakat.

"Misalnya menerjunkan pemuda di pedesaan melalui program Pengembangan Kepedulian dan Kepeloporan Pemuda (PKKP) dan program kepemudaan lainnya," tambah Sulistyo.

Senada dengan Sulistyo, Ketua Prodi Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Bahasa (FIB) Undip, Dr Amirudin mengatakan pemuda harus ditempatkan sebagai aktor dalam pembangunan.

Hal itu bertujuan untuk menciptakan calon prmimpin bangsa yang memilikk tanggungjawab sekaligus juga untuk mewujudkan pemuda sebagai SDM bangsa yang tangguh.

Langkah selanjutnya adalah dengan memahamkan pemuda akan sejarah bangsanya. Dengan begitu para pemuda akan bisa menauladani nilai- nilai serta semanvat yang telah ditunjukkan oleh para pendahulu bangsa.

"Memang masih ada persoalan dalam pendidikan khusunya terkait persoalan mutu dan disparitas atau kesenjangan pendidikan, yang sudah barang tentu harus diselesaikan bersama- sama oleh segenap komponen bangsa," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement