Kamis 20 May 2021 06:03 WIB

Bagaimana Zionis Yahudi Israel Menguasai Tanah Palestina?

Zionis Israel mulai mencaplok tanah Palestina usai Ottoman kalah di Perang Dunia I.

Ibu dari warga Palestina Rasheed Abu Arra, yang tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel, berduka atas jenazah putranya saat pemakamannya, di Kota Aqqaba dekat Tubas, di Tepi Barat yang diduduki Israel, 12 Mei 2021.
Foto:

Setelah serangan rudal Israel menghancurkan Jalur Gaza, banyak yang menyuarakan pendapatnya membela Israel. Mereka yang menilai Israel mengirimkan rudal untuk mempertahankan diri dari serangan roket-roket yang dikirimkan pejuang Hamas dari Jalur Gaza. --Tudingan pejuang Hamas yang disebut sebagai "senjata makan tuan Israel", karena dituding dibentuk oleh Israel, akan saya bahas sendiri di tulisan lain--.

Dari sekian banyak orang yang menyuarakan dukungan untuk Israel, ada satu orang yang membuat saya tertawa sebenarnya. Orang itu, kita sebut saja pria tulang lunak atau pria tanpa baut, menyebut, "Sejak kapan Palestina berjasa atas kemerdekaan Indonesia, belajar sejarah lagi sana."

Hujatan pun langsung datang dari warganet kepada pria tanpa baut itu. Tapi, bukan itu poin utama yang ingin saya bahas. Kita kesampingkan dulu pemahamannya yang salah, atau mungkin dia buta sejarah sekaligus buta hati nurani.

Sabar, saya menghela napas dulu.

Palestina itu bagai saudara tua Indonesia yang pasang badan di PBB dengan menyatakan dukungannya atas kemerdekaan Indonesia pada 1945. Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaan, harus mendapatkan pengakuan dari minimal 10 negara di PBB.

Palestina lewat Mufti besar Palestina Syekh Muhammad Amin al-Husaini dan saudagar kayanya, Muhammad Ali Taher, pasang badan. Bahkan, Ali Taher menyerahkan semua hartanya untuk Indonesia yang saat itu sedang tidak memiliki kas negara alias miskin.

"Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia," kata Ali Taher. Dukungan berlanjut dengan aksi turun ke jalan yang dilakukan rakyat Palestina.

Keberanian Palestina adalah negara pertama yang mengacungkan tangan dalam sidang PBB untuk mengakui kemerdekaan Indonesia, membuat negara-negara di Liga Arab dan Timur Tengah, seperti Kuwait, Irak, Arab Saudi ikut bergerak menyatakan dukungan untuk Indonesia. Karena itulah, Prof Agus Salim dan AR Baswedan (kakek Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan) yang menjadi delegasi Indonesia, mondar-mandir ke luar negeri untuk urus dokumen penandatanganan dukungan negara-negara Timur Tengah tersebut.

photo
(ilustrasi) Haji Agus Salim (kanan) dan Sukarno - (tangkapan layar e-paper Republika)

Karena faktor itulah pantas jika Indonesia terus menyuarakan dukungan kepada Palestina. Salah satu bentuk dukungan nyata adalah perintah Bung Karno yang meminta Timnas Indonesia mundur saat bertemu Israel dalam ajang kualifikasi Piala Dunia 1958 di Swedia. Padahal, saat itu Indonesia sedang digdaya dan tinggal selangkah lagi bermain di Piala Dunia.

Dalam babak kedua penyisihan, Indonesia berada satu grup dengan Mesir, Sudan, dan Israel. Namun, Indonesia memilih mundur setelah permintaan bermain di tempat netral tanpa lagu kebangsaan ditolak FIFA. Indonesia menolak bermain di Tel Aviv, kandang Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina.

photo
Asap mengepul setelah serangan udara Israel di Kota Gaza, 11 Mei 2021. Setidaknya satu wanita tewas setelah 130 roket yang ditembakkan oleh Hamas dari Jalur Gaza jatuh di Tel Aviv dan kota-kota tetangga Israel. - (EPA/MOHAMMED SABER)

Indonesia pernah merasakan bagaimana sakitnya dijajah. Tanah dirampas, saudara perempuan diperkosa, sampai dijadikan budak. Jika tidak setuju terhadap perjuangan rakyat Palestina, cukup diam. Jika tidak memberikan bantuan berupa harta, jangan nyinyirin para pengumpul donasi. Cukup doa atau dia, karena di sana, mereka yang membantu perjuangan rakyat Palestina, sedang mengumpulkan bekal untuk ke surga.

Dari catatan panjang itu, masih adakah yang berani menyebut Palestina bukan urusan kita, Indonesia, seperti pria tulang lunak yang saya sebut di atas? Masih adakah yang tidak tergerak hatinya melihat jutaan nyawa umat Islam dibantai? Jika tidak mau melihat Palestina sebagai konflik agama, cukup lihat peristiwa pembantaian di Palestina sebagai bencana kemanusiaan. Tanyakan kepada hati nurani Anda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement