Rabu 19 May 2021 22:29 WIB

GoTo Diharapkan Mampu Perbesar Ekonomi Digital Indonesia

Kehadiran GoTo dinilai mendukung pergeseran konsumsi konvensional ke digital

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang pria membaca koran dengan iklan yang menunjukkan merger antara Gojek dan Tokopedia di Medan, Sumatera Utara, Selasa (18/5). Perusahaan ride hailing Gojek dan perusahaan e-commerce Tokopedia telah mengumumkan merger dan membentuk perusahaan bernilai miliaran dolar, GoTo Group.
Foto: EPA-EFE/DEDI SINUHAJI
Seorang pria membaca koran dengan iklan yang menunjukkan merger antara Gojek dan Tokopedia di Medan, Sumatera Utara, Selasa (18/5). Perusahaan ride hailing Gojek dan perusahaan e-commerce Tokopedia telah mengumumkan merger dan membentuk perusahaan bernilai miliaran dolar, GoTo Group.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Entitas gabungan Gojek dan Tokopedia atau GoTo diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Kehadiran GoTo dinilai bisa mendukung pergeseran pola konsumsi masyarakat dari konvensional ke digital. 

"Bagi perekonomian Indonesia, mergernya Gojek-Tokopedia diharapkan mampu membawa pendanaan serta memperbesar size dari ekonomi digital kita," kata Kepala Center of Innovation and Digital Economy Indef, Nailul Huda, Rabu (19/5). 

Huda mengatakan, saat ini ekonomi digital Indonesia menyumbang 3-3,25 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Artinya, masih ada ruang untuk bisa tumbuh lagi mengingat semakin masifnya pergeseran pola konsumsi masyarakat dari luring ke daring.

Dengan penggabungan ini, menurut Huda, ada peluang bagi GoTo mendapatkan pendanaan melalui Initial Public Ofgering (IPO) ataupun investasi roundtable. Dana tersebut bisa digunakan oleh Gojek ataupun Tokopedia untuk memperluas pangsa pasar, terutama untuk ekspansi ke negara Asia Tenggara lainnya. 

Sejalan dengan itu, GoTo diharapkan dapat mendatangkan kegiatan ekspor bagi UMKM lokal ke pasar negara-negara Asia Tenggara. Dengan demikian, PDB bisa meningkat dan mengerek pertumbuhan ekonomi meskipun tidak terlalu signifikan.

Huda melihat, saat ini GoTo masih akan sulit untuk bersaing di level Asia. Pasalnya kawasan tersebut masih dikuasai oleh raksasa teknologi seperti Alibaba ataupun Tencent. Demikian halnya di Asia Tenggara yang sebagian besar pangsa pasarnya masih dikuasai oleh SEA Group dan Grab. 

Menurut Huda, GoTo sebaiknya lebih fokus memperkuat keberadaannya di pasar domestik sebelum bersaing di kancah internasional. "Minimal bisa bersaing dengan SEA Group dan Grab dulu di domestik dan ASEAN itu sudah bagus, tidak perlu bisa sampe ke level Asia," kata Huda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement