Rabu 19 May 2021 17:47 WIB

Mengenal Dunia Blockchain di Indonesia

Adopsi teknologi blockchain di Indonesia masih terbatas pada trading.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Blockchain
Foto: Tech Explore
Blockchain

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak pertama kali hadir pada 2009, kehadiran bitcoin, ikut pula memperkenalkan blockchain kepada dunia. Aset kripto yang satu ini pun, mengalami pasang-surut hingga kini.

Pada akhir 2020, popularitas bitcoin makin nyaring terdengar. Hal ini, ikut pula menarik perhatian makin banyak orang pada teknologi blockchain dan revolusi yang ia tawarkan ke dalam berbagai industri.

Baca Juga

Chief Information Officer (CIO) Blocksphere Pandu Sastrowardoyo terjun ke dunia blockchain secara pribadi sejak bitcoin pertama kali hadir. Kemudian, ia menggeluti dunia blockchain secara profesional sejak menjadi co-founder Blockchain Zoo pada 2017, Asosiasi Blockchain Indonesia pada 2018, dan diteruskan dengan Blocksphere.id.

Menurut Pandu, blockchain di Indonesia belum mencapai seluruh potensinya. Karena masih ada permasalahan sinkronisasi antara banyak pihak dalam ekosistem. "Regulator, pelaku usaha, serta individu yang ada di ekosistem ini harus lebih sinkron bekerja sama," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, pekan lalu.

Selanjutnya, ia melanjutkan, adopsi massal blockchain dalam bentuk trading dan aktivitas pasar, sudah sangat dekat bahkan bisa dibilang sudah diadopsi. Namun, adopsi blockchain untuk utility atau kebutuhan bisnis, masih harus cepat-cepat menyusul.

Menurut Pandu, pemahaman orang tentang aset kripto memang sudah ada, tetapi belum komplet. Misalnya, tentang bagai mana aset digital yang mu ni per missionless masih belum menjadi kesadaran atau awareness umum.

Mengkurasi non-fungible token (NFT)

Saat ini, Pandu juga merupakan kurator di Unique.one yang meru pakan salah satu platform lokapasar NFT. Kegiatan ini baru berlangsung beberapa bulan, karena Unique.one memang baru berjalan lima bulan.

Namun, volume trading Unique.one sudah besar sekali dalam waktu yang sesingkat itu. "Marketplace NFT nonprofit ini sudah memutar 16 juta dolar Amerika Serikat (AS) dalam waktu lima bulan," ujarnya.

Terjunnya Pandu menjadi kurator sebenarnya karena hobi NFT, ke mudian ia diajak membantu di komunitas ini. "Saya bantu mereka meng kurasi galeri seni mereka di unique.decentri.city, cukup ruangan untuk ratusan karya seni. Satu hari bisa 80-100 pengunjung di galeri tersebut. Lebih banyak daripada galeri di dunia nyata," ujar perempuan pemilik akun Instagram @decentri city ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement