Selasa 18 May 2021 21:15 WIB

AS Tuding China Tolak Pembicaraan Kontrol Senjata Nuklir

Rusia dan AS sepakat memperpanjang perjanjian pembatasan hulu ledak nuklir.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Reaktor nuklir sedang beroperasi, ilustrasi
Foto: AP
Reaktor nuklir sedang beroperasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Duta besar perlucutan senjata Amerika Serikat (AS) Robert Wood mengatakan China menolak pembicaraan bilateral dengan negaranya tentang persenjataan nuklir. Washington mengklaim berusaha memajukan upaya mengurangi persediaan senjata demikian.

“Meskipun Republik Rakyat Tiongkok secara dramatis membangun persenjataan nuklirnya, sayangnya mereka terus menolak membahas pengurangi risiko nuklir secara bilateral dengan AS,” kata Wood pada Selasa (18/5).

Baca Juga

Menurut Wood, sampai saat ini China belum bersedia terlibat secara berarti atau mengadakan diskusi ahli seperti yang dilakukan AS dengan Rusia. “Kami berharap itu akan berubah,” ujarnya.

Awal tahun ini, Rusia dan AS sepakat memperpanjang perjanjian Treaty on Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms (New START). New START adalah perjanjian kontrol senjata yang dijalin Moskow dan Washington sejak 2010 dan seharusnya berakhir pada 5 Februari lalu. Perjanjian itu melarang kedua negara mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, membatasi rudal, dan pembom berbasis darat serta kapal selam yang mengirimnya.

Sebelumnya AS dan Rusia juga terikat dalam perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Perjanjian itu bubar setelah kedua negara saling tuding melanggar poin-poin kesepakatan. INF ditandatangani pada 1987. Ia melarang Washington dan Moskow memproduksi dan memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement