Selasa 18 May 2021 14:10 WIB

Erick Thohir: Kemandirian Industri Baja RI Segera Terwujud

Erick Thohir mengapresiasi beroperasinya pabrik hot strip mill 2 milik Krakatau Steel

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Logo baru PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Foto: facebook.com/krakatausteelofficial
Logo baru PT Krakatau Steel (Persero) Tbk

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Krakatau Steel (Persero) Tbk berhasil melakukan produksi perdana Hot Rolled Coil (HRC) dari pabrik Hot Strip Mill 2 (HSM 2) yang berkapasitas 1,5 juta ton per tahun pada pada Senin (17/5) malam. Pabrik dengan investasi mencapai 521 juta dolar AS atau setara Rp 7,5 triliun ini merupakan pabrik baja yang menggunakan teknologi terbaru dan tercanggih yang mulai dibangun pada 2016. 

Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi keberhasilan beroperasinya pabrik HSM 2. Keberhasilan ini membuktikan transformasi yang dilakukan Krakatau Steel berjalan dengan baik. 

Baca Juga

Pabrik ini akan turut memajukan perekonomian Indonesia. "Dengan beroperasinya Pabrik HSM 2 Krakatau Steel mampu memenuhi kebutuhan baja dalam negeri sehingga akan mewujudkan kemandirian industri baja nasional. Hal ini akan berkontribusi terhadap penghematan cadangan devisa negara mencapai Rp 29 triliun," ucap Erick dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (18/5).

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan pabrik ini menghasilkan produk baja HRC dengan spesifikasi tertentu untuk melengkapi produk yang dihasilkan pabrik HSM 1 Krakatau Steel yang sudah beroperasi dari tahun 1983. Salah satu jenis produk yang menjadi keistimewaan pabrik baru ini adalah HRC untuk kebutuhan otomotif dan pabrik ini adalah pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan ketebalan HRC dengan rentang 1,4 mm hingga 16 mm dengan lebar mulai dari 600 mm hingga 1.650 mm. 

"Pabrik ini adalah pabrik dengan teknologi dan sistem terbaru yang memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi. Total penghematan biaya operasional bisa mencapai 25 persen dari pabrik HSM pada umumnya karena penurunan konsumsi energi dan penggunaan tenaga kerja yang lebih optimal," ujar Silmy.

Melalui pabrik HSM 2 ini, lanjut Silmy, kapasitas produksi HRC Krakatau Steel bertambah menjadi 3,9 juta ton per tahun sehingga dapat menekan impor HRC yang mencapai 0,9 juta ton hingga 1,9 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhan baja HRC/Plate nasional mencapai 4,8 juta ton hingga 5,3 juta ton per tahun. 

"Atas dasar data tersebut, artinya kebutuhan HRC sudah dapat dipenuhi oleh pabrikan dalam negeri," lanjut Silmy.

Pabrik baru ini sudah disiapkan untuk mengantisipasi peningkatan kapasitas produksi sampai 4 juta ton per tahun sehingga dalam pengembangannya nanti investasi yang dibutuhkan lebih rendah dibandingkan dengan investasi pabrik kompetitor di dalam dan luar negeri. 

"Pabrik ini adalah pabrik dengan teknologi dan sistem terbaru yang memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi. Total penghematan biaya operasional bisa mencapai 25 persen dari pabrik HSM pada umumnya karena penurunan konsumsi energi dan penggunaan tenaga kerja yang lebih optimal," ucap Silmy.

Silmy menuturkan, penyelesaian pembangunan pabrik ini yang semula direncanakan beroperasi pada awal 2020 sempat tertunda karena adanya pandemi Covid-19. Kendala yang dihadapi saat itu adalah pada tahap commissioning dikarenakan kesulitan dalam mendatangkan teknisi dari luar negeri.

Pabrik HSM 2 ini dibangun oleh konsorsium bersama SMS Group Jerman dan PT Krakatau Engineering. "Kita bersyukur akhirnya proyek HSM 2 ini bisa selesai karena dengan dioperasikannya pabrik ini akan semakin memperbaiki kinerja Krakatau Steel, terlebih saat ini terjadi peningkatan harga baja dunia pada enam bulan terakhir," kata Silmy menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement