Selasa 18 May 2021 13:44 WIB

Riyoyo Ketupat dan Metode Sunan Kalijaga Islamisasi Jawa

Ketupat bukan sekadar makanan berat sebagaimana nasi

Ilustrasi Ketupat Lebaran
Foto:

Metode Islamisari Melalui Riyoyo Ketupat

Sunan Kalijaga menganalogikan hari raya Ketupat sebagai bagian mengakui kesalahan dalam empat tindakan. Dalam bahasa lain agar Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.

Laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran. Empat tindakan tersebut adalah Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan.

Lebaran memiliki arti usai atau berakhir, yang menandakan selesainya masa berpuasa dalam bulan Ramadhan dan kesiapan menyongsong kemenangan. Luberan bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin. 

Leburan maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen Lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur. Laburan berasal dari kata labur atau kapur. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.

Ketupat menjadi simbol maaf bagi masyarakat Jawa, yaitu ketika seseorang berkunjung ke rumah kerabatnya, mereka akan disuguhkan ketupat dan diminta untuk memakannya. Apabila ketupat tersebut dimakan, secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan terhapuslah segala yang pernah khilaf.

 

 

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement