Selasa 18 May 2021 13:44 WIB

Riyoyo Ketupat dan Metode Sunan Kalijaga Islamisasi Jawa

Ketupat bukan sekadar makanan berat sebagaimana nasi

Ilustrasi Ketupat Lebaran
Foto:

Sejarah Riyoyo Ketupat

Menurut salah satu sumber, tradisi Kupatan sudah ada di Nusantara sejak masa Hindu dan Budha. Tradisi ini diangkat dari tradisi pemujaan Dewi Sri. Ia dinisbihkan sebagai dewi pertanian dan kesuburan, pelindung kelahiran dan kehidupan, kekayaan dan kemakmuran. 

Dewi Sri merupakan dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris. Ia dimuliakan sejak masa kerajaan kuno seperti Majapahit dan Pajajaran. Dalam pengubahsuaian itu terjadi desakralisasi dan demitologisasi. 

Dewi Sri tak lagi dipuja sebagai dewa padi atau kesuburan tapi hanya dijadikan lambang yang direpresentasikan dalam bentuk ketupat yang bermakna ucapan syukur kepada Tuhan.

Setelah Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga berdakwah di bumi Nusantara, tradisi syukuran itu tidak dihilangkan, hanya saja diakulturasikan dengan nilai-nilai keislaman, diperkenalkanlah dua istilah: Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.

Bakda Lebaran dipahami sebagai prosesi pelaksanaan salat Idhulfitri hingga tradisi saling kunjung dan memaafkan sesama muslim, sedangkan Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran.

Menurut H.J. de Graaf, dalam buku Malay Annal, ketupat adalah simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan Demak. Pada awal abad ke-15, Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah.

Kesultanan Demak membangun kekuatan politiknya sembari menyiarkan agama Islam dengan dukungan Walisongo, salah satunya dakwahnya Sunan Kalijaga.

Ketika menyebarkan Islam ke pedalaman, Walisongo melakukan pendekatan budaya agraris, mereka beranggapan, tempat adalah unsur keramat dan berkah sangatlah penting untuk melanggengkan kehidupan.

Maka tidak heran jika yang dipakai untuk ketupat adalah janur. Graaf menduga kulit janur kelapa yang telah dibuang lidinya itu menunjukkan identitas budaya pesisir yang dipenuhi banyak pohon kelapa.

 

 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement