Selasa 18 May 2021 05:01 WIB

Jerusalem-Kudus di Dunia Batin Salik dan Islam di Jawa

Antara Kudus kota di Jawa dengan Al-Quds di Palestina

Wisatawan berjalan di kompleks Masjid Menara Kudus, di Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (11/3/2021). Hari libur Isra Miraj dimanfaatkan wisatawan untuk berkunjung ke masjid peninggalan Sunan Kudus tersebut untuk beribadah dan belajar sejarah sekaligus ziarah ke makam Sunan Kudus yang terletak di sisi barat masjid itu. X
Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Wisatawan berjalan di kompleks Masjid Menara Kudus, di Desa Kauman, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (11/3/2021). Hari libur Isra Miraj dimanfaatkan wisatawan untuk berkunjung ke masjid peninggalan Sunan Kudus tersebut untuk beribadah dan belajar sejarah sekaligus ziarah ke makam Sunan Kudus yang terletak di sisi barat masjid itu. X

IHRAM.CO.ID, Oleh Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.

Hubungan atau keterkaitan batin Muslim di Indonesia --khususnya di Jawa -- dengan Yerusalem itu tak bisa dianggap sepele. Hubungan ini sudah sangat dalam. Jalin-menjalin sejak ajaran Islam mulai dan semakin eksis kepulauan Nusantara.

Jerusalem itu nama dari bahasa Ibrani --Yerushalayim, yang kini menjadi sebutan orang Yahudi. Sedangkan sebutan orang Muslim kepada kota suci ini adalah Al-Quds (Baitul Makdis). Nama Yerusalem baru eksis sebagai sebutan dunia usai zionis Yahudi bisa mendirikan negara Israel di tanah Palestina. Sedangkan, hingga jaman Ottoman kaum Muslim akrab menyebutnya sebagai Al-Quds.

Dan nama Al-Quds sendiri bukanlah nama asing. Sejak zaman ulama sufi pada abad ke XVI sebutan Al-Quds bukan nama asing. Bahkan, bagi Hamzah Fansuri dan para salik (pengikut sufi) lainnya, nama Al-Quds merupakan suatu pengalaman dari alamat perjalanan batin yang mistis. Sebab, pada hakikatnya seorang salik adalah pengelana juga.

Terkait sebutan Al-Quds ulama besar Melayu ini menulis syair yang indah seperti ini:

...Hamzah Fansuri di dalam Makkah

Mencari Tuhan di Byat-al Ka'bah

Di Barus ke Quds terlalu payah

Akhirnya dapat di dalam rumah...

Mengomentari sebutan Al-Quds dalam syair itu terjadi beragam pendapat dikalangan para sejarawan. Di dalam beberapa sumber ada yang mengatakan Hamzah Fansuri memang pernah pergi ke Makkah. Gurunya itu adalah Syekh Maulana Ibrahim.

Sosok Hamzah Fansuri asalnya pun masih terjadi perdebatan: ada pihak yang  bilang dia 'berasal dari Barus' ada pula sarjana yang menyakini dia lahir di ibukota lama kerajaan Siam, Ayutthaya.

Sedangkan soal apakah Hamzah Fansuri pernah ke Al-Quds (Yerusalem) juga ada perbedaan pendapat. Namun sejarawan Belanda Drewes dan Brekel menyatakan Hamzah Fansuri tidak pernah pergi ke sana. Sebutan Al-Quds konteksnya di syair itu hanya merupakan perjalanan spritual.

         

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement