Senin 17 May 2021 19:07 WIB

Kebiasaan Membaca Pengaruhi Karya Film Bagi Sineas

Selain sebagai referensi, buku sebagai alat bantu memecahkan banyak persoalan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Industri perfilman (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Industri perfilman (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produser film Zairin Zain menyampaikan, kebiasaan membaca buku sangat memengaruhi karya sinema yang dihasilkan oleh sineas. Dia merasakan sendiri pengalaman itu tatkala memproduseri film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) rilisan 2010.

Dia menceritakan, proses pembuatan film tersebut berlangsung hampir sembilan tahun mulai dari ide, riset dan observasi. Pencarian referensi serta observasi langsung dilakukan guna menghadirkan isu pengangguran dan kondisi anak-anak jalanan secara nyata pada layar.

Baca Juga

Sebagian pemeran film adalah pencopet dan anak jalanan asli. Karenanya, Zairin pun banyak membaca mengenai psikologi anak sebelum menjalani workshop untuk proses produksi film. Saat menjumpai aneka peristiwa pun, Zairin akan membaca buku.

Selain sebagai referensi, produser film Sejuta Sayang Untuknya itu juga menganggap buku sebagai alat bantu memecahkan banyak persoalan. Menurut Zairin, sudah sepatutnya membaca jadi sebuah kebiasaan yang dipupuk sejak dini.

 

Sineas yang tengah merampungkan pascaproduksi film Naga Naga Naga tersebut memiliki pesan kepada semua orang dalam momen hari buku nasional yang jatuh pada 17 Mei. Zairin terutama menujukan itu kepada orang tua atau calon orang tua.

"Saya percaya kebaikan apapun berangkat dari rumah, terutama dari ibu, yang sangat menentukan apakah anak terbiasa membaca buku atau tidak," ujar pria yang memiliki koleksi 1.000 buku itu kepada Republika.co.id, Senin (17/5).

Kemampuan menonton yang kini lebih besar dari kemampuan membaca menurutnya disebabkan konsep didikan yang tidak jelas dan selalu berubah-ubah. Produser eksekutif Habibie & Ainun 3 itu mengibaratkan anak seperti kertas kosong.

Karakter anak akan terwarnai berdasarkan didikan orang tua masing-masing. Karena itu, sangat penting bagi tiap keluarga membiasakan anak gemar membaca. Akan sulit bila anak baru diminta gemar membaca ketika sudah berusia belasan tahun.

Kebiasaan membaca Zairin pun tumbuh dari keluarga yang memang hobi membaca buku. Dia berseloroh, sejak kecil sang ayah lebih sering 'memberi makan' buku, sementara nasi sarapan kedua. Ada sejumlah judul buku yang hingga kini menjadi favorit Zairin.

Salah satunya buku La Tahzan (Jangan Bersedih) karya Aidh Al-Qarni. Zairin pun sangat menyenangi semua buku yang ditulis ulama dan sastrawan Buya Hamka, termasuk yang berjudul Ayahku dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

Dia punya alasan begitu menyukai karya-karya Buya Hamka. "Bahasanya sangat menawan, jadi membekas sekali dalam hidup saya. Apa yang ditulisnya pasti saya baca," tutur Zairin yang punya kebiasaan membaca di manapun berada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement