Senin 17 May 2021 09:08 WIB

Babak Baru Serangan Israel di Jalur Gaza

Dalam 24 jam terakhir serangan Israel telah mengakibatkan 42 orang meninggal.

 Penyelamatan warga Palestina yang selamat dari bawah reruntuhan bangunan tempat tinggal yang hancur setelah serangan udara Israel yang mematikan di Kota Gaza, Ahad (16/5).
Foto: AP / Khalil Hamra
Penyelamatan warga Palestina yang selamat dari bawah reruntuhan bangunan tempat tinggal yang hancur setelah serangan udara Israel yang mematikan di Kota Gaza, Ahad (16/5).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Puti Almas, Bambang Noroyono, Rizky Jaramaya, Fergi Nadira Bach

Israel meluncurkan babak baru serangan udara besar-besaran di sejumlah area di Jalur Gaza, Palestina, pada Senin (17/5) pagi. Serangan dilakukan hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengisyaratkan bahwa perang dengan Hamas, faksi politik Palestina di wilayah itu, akan terus berlanjut.  

Baca Juga

Dilansir TVNZ, ledakan mengguncang Gaza dari bagian utara ke selatan selama 10 menit dalam serangan udara yang lebih berat di area yang lebih luas dan berlangsung lebih lama dari sebelumnya. Sejauh ini, serangan telah membuat setidaknya tiga bangunan di Kota Palestina itu hancur dan dalam 24 jam terakhir, tercatat sebanyak 42 orang tewas.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Netanyahu mengatakan serangan Israel terus berlanjut dengan kekuatan penuh dan akan memakan waktu. Israel ingin ‘memungut harga yang mahal’ dari Hamas.

Sementara itu, Hamas meluncurkan roket dari Gaza menuju wilayah sipil di Israel. Saat itu adalah beberapa jam sebelum kebaktian malam untuk hari raya Yahudi di Shavuot, kata layanan darurat Israel. Meski demikian, tidak ada korban luka yang dilaporkan dari insiden ini.

Dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza, keluarga Palestina yang menjadi korban harus dimakamkan di bawah tumpukan puing-puing semen dan tulangan bengkok. Seekor burung kenari kuning juga terlihat tergeletak di tanah. Pecahan kaca dan puing-puing menutupi jalan blok jauhnya dari jalan raya utama pusat kota di mana ketiga bangunan itu dihantam selama lima menit sekitar pukul 01.00 dini hari waktu setempat.

Situasi konflik antara Israel dan Palestina telah meningkat selama satu pekan terakhir, menandai pertempuran terburuk di Jalur Gaza yang menjadi rumah bagi dua juta warga Palestina sejak perang Israel dan Hamas pada 2014 yang menghancurkan. Ketegangan antara dua pihak dimulai pertama kali sejak satu bulan lalu di Yerusalem sesaat setelah pengadilan Israel mengeluarkan putusan penggusuran puluhan keluarga Palestina agar kediaman mereka kemudian ditempati oleh  pemukim Yahudi. Langkah ini memicu protes di seluruh wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Situasi semakin memburuk saat polisi Israel menyerbu Masjid al-Aqsha di Kota Tua Yerusalem, sekaligus situs suci ketiga bagi umat Islam. Ratusan jamaah yang kebanyakan adalah warga Palestina terluka dalam kejadian ini.

Kelompok masyarakat pegiat hak asasi manusia (HAM) di Israel, B’Tselem, mengecam aksi penyerangan tentara zionis Israel (IDF) yang menyasar permukiman masyarakat sipil di Gaza. Dalam sebuah pernyataan resminya, B’T Selem menyebut serangan tentara Zionis Israel ke wilayah Gaza sebagai aksi kejahatan perang. B’Tselem mendesak komunitas internasional menekan Israel untuk penghentian serangan ke semua wilayah pendudukan di Palestina.

“Israel melakukan kejahatan perang di Jalur Gaza,” ujar pernyataan resmi B’Tselem yang dikutip dari laman resminya, Senin (17/5). “Menargetkan objek sipil adalah tindakan terlarang dan merupakan kejahatan perang,” sambung pernyataan tersebut.

B’T Selem menilai, aksi kejahatan perang yang dilakukan tentara dan kebijakan rezim Zionis Israel kali ini lebih parah dan brutal ketimbang yang pernah dilakukan sebelum-sebelumnya terhadap warga sipil di Gaza.

Pada 2014, menurut catatan B’T Selem, serangan tentara zionis Israel ke pemukiman sipil di Gaza sudah dalam penyelidikan Pengadilan Pidana Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda. “Israel sekarang, melakukan kebijakan yang sama persis dengan yang sedang diperiksa oleh ICC,” begitu kata B’Tselem. Komunitas HAM yang berbasis di Yerussalem itu pun meminta masyarakat internasional mengerahkan seluruh lobi diplomatiknya untuk mendesak Zionis Israel menghentikan kekerasan di Palestina.

“Kekerasan Israel harus dihentikan sekarang. Itulah sebabnya, komunitas internasional harus segera turun tangan, dan menggunakan pengaruhnya untuk memaksa, dan menekan Israel mengubah kebijakannya sebelum lebih banyak lagi korban di Jalur Gaza, Palestina,” sambung pernyataan tersebut.

Otoritas resmi di Ramallah, Palestina, mencatat serangan tentara Zionis Israel ke wilayah Gaza menelan korban jiwa sedikitnya 181 orang, dan 52 di antaranya adalah anak-anak serta 22 perempuan. Korban luka-luka dan yang mengalami cacat diperkirakan mencapai 1.200 orang.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan, 10 ribu warga Gaza mengungsi akibat serangan yang menyasar permukiman-permukiman dan bangunan sipil sepanjang akhir pekan lalu.

Sementara, kekerasan yang dilakukan polisi dan tentara Zionis Israel di kawasan Yerussalem Timur, di Palestina, sepanjang pekan lalu, menurut catatan B’Tselem telah membunuh sekitar 14 warga sipil. Kekerasan yang terjadi di Yerussalem Timur tersebut terjadi setelah aksi sepihak warga ilegal Israel, atas dukungan resmi pemerintahan zionis, untuk merampas kawasan permukiman sah milik warga Palestina di Sheikh Jarra.

Kekerasan yang terjadi di Yerussalem Timur itu menjadi pemicu serangan Israel di Gaza. Kelompok sayap militer Hamas di Gaza, Brigade al-Qassam, melawan serangan tentara Zionis itu dengan membombardir kota-kota di Israel dengan roket-roket mematikan. Sampai Senin (17/5), sudah lebih dari 3.000 roket yang menghantam kota-kota dan fasilitas vital Israel yang menewaskan sedikitnya tujuh warga.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement