Jumat 14 May 2021 19:45 WIB

Pakar Tanggapi Rekomendasi Lepas Masker di AS

AS menggunakan jenis vaksin yang berbeda dengan di Indonesia.

Rekomendasi lepas masker oleh CDC AS untuk mereka yang sudah divaksin, dianggap belum bisa diterapkan di Indonesia.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Rekomendasi lepas masker oleh CDC AS untuk mereka yang sudah divaksin, dianggap belum bisa diterapkan di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Tjandra Yoga Aditama, mengemukakan kebijakan otoritas terkait di Amerika Serikat (AS) untuk melepas masker di luar ruangan dipengaruhi oleh hasil penelitian jenis vaksin yang berbeda dengan yang digunakan di Indonesia. Anjuran CDC pun dianggap belum bisa diterapkan di Tanah Air.

"Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat membuat rekomendasi ini berdasar hasil penelitian terhadap vaksin yang mereka gunakan, yaitu Pfizer, Moderna dan Johnson & Johnson," katanya, saat dihubungi, Jumat (14/5). Sementara vaksin yang kini berlaku di Indonesia berdasarkan izin penggunaan darurat (EUA) yang dikeluarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kata dia, di antaranya Sinovac, AstraZeneca dan Sinopharm.

Baca Juga

Namun di waktu mendatang, kata Tjandra, mungkin saja vaksin di AS juga dipakai di Indonesia karena sebagian sudah tercantum di Surat Keputusan (SK) Menkes Nomor 84 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). "Sebagian vaksin-vaksin di Amerika Serikat rencananya akan dipakai juga di Indonesia," katanya.

Iamenyatakan, kajian terhadap vaksin di Indonesia hingga saat ini masih dilakukan Kementerian Kesehatan beserta otoritas terkait. "Kita tunggu saja bagaimana arahan resmi dari Kementerian Kesehatan, tentu bergantung dari hasil penelitian ilmiah vaksin yang ada," ujarnya.

Ia menambahkan otoritas AS terbilang tegas dalam penggunaan vaksin bagi masyarakat maupun pendatang di negara tersebut. "Anak saya itu baru sepekan di New York, dan di Jakarta sudah menerima suntikan vaksin Sinovac dua kali, tapi sampai di AS diminta divaksin yang sudah disetujui Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. Bingung juga memutuskannya, tidak ada kepustakaannya yang sudah dapat Sinovac lalu harus dapat Pfizer atau Moderna lagi," kata Tjandra Yoga Aditama.

Secara terpisah, Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, mengatakan kebijakan vaksinasi adalah salah satu dari tiga lapis utama perlindungan masyarakat agar tidak tertular Covid-19. "Pertama adalah 3M, yakni mencuci tangan, memakai Masker dan menghindari kerumunan. Kedua, adalah 3T, yaitu tracing, testing, treatment, dan yang ketiga adalah vaksinasi," katanya.

Selama pandemi belum berakhir dan belum cukupnya bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa vaksinasi tersebut telah menimbulkan cukup kekebalan seseorang maupun komunal, maka melaksanakan tiga lapis perlindungan itu secara bersamaan adalah untuk melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat agar bisa produktif dan aman dari Covid-19, ujar Wiku Adisasmito.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement