Kamis 13 May 2021 20:15 WIB

Saat Perayaan Idul Fitri dan Idul Adha Ditiadakan Spanyol

Islam dan identitasnya hendak dihapus saat Granada jatuh dari kekuasaan Islam

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Islam dan identitasnya hendak dihapus saat Granada jatuh dari kekuasaan Islam. Ilustrasi Alhambra, jejak Islam di Spanyol
Foto: zonetourismworld.com
Islam dan identitasnya hendak dihapus saat Granada jatuh dari kekuasaan Islam. Ilustrasi Alhambra, jejak Islam di Spanyol

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA- Raja Ferdinand II (1452- 1516) dan Ratu Isabella I (1451-1504) mengimpikan Spanyol sebagai negara satu agama. Setelah mengalahkan negeri Islam (thaifa) Granada pada 1492, keduanya segera menerapkan pemaksaan agama kepada kaum Muslimin dan Yahudi setempat.

Lembaga Inkuisisi, yang didirikan sejak 1478, dipakai sebagai alat pukul. Walaupun Inkuisisi sejatinya adalah pengadilan gerejawi, paus menyerahkan pelaksanaannya kepada masing-masing negara Katolik. Ribuan orang tercatat sebagai korban, termasuk mereka yang mengaku telah meninggalkan iman semula karena masih saja dituding penguasa sebagai pura-pura Katolik.

Raja dan ratu tersebut juga berupaya menghapus jejak-jejak kebesaran Islam di al-Andalus. Memang, usaha keduanya bukanlah hal yang baru. Raja Castile-Leon, Alfonso VI, setelah menaklukkan Toledo pada 1085 memaklumkan misi penaklukkan kembali atau Reconquistaatas seluruh Semenanjung Iberia dari tangan Islam.

Puluhan kali kerajaan-kerajaan Katolik melakukan pertempuran untuk meruntuh kan kedaulatan Muslimin dari kawasan tersebut. Barulah sejak kerajaan Aragon bersatu dengan Castile-Leon yang ditandai dengan pernikahan antara Ferdinand II dan Isabella I pada 1469-misi tersebut semakin santer. Granada pun menjadi thaifa terakhir di Andalusia.

 

Maka, tidak ada lagi perayaan hari- hari besar Islam, seperti Idul Adha atau Idul Fitri, di Spanyol. Sebaliknya, dengan semangat Reconquista Ferdinand II dan Isabella I menjadikan Diadela Toma sebagai hari libur nasional. Perayaan yang jatuh tiap tanggal 2 Januari itu menjadi momen pengingat jatuhnya Granada ke tangan Kristen, tepatnya pada 2 Januari 1492. Bahkan, hingga kini selebrasi tersebut masih digelar secara rutin tahunan oleh sebagian masyarakat Spanyol.

Sejak akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16, kaum Muslimin Andalusia tidak tinggal diam terhadap kekejaman Spanyol. Dapatlah dipahami bahwa tujuan akhir metode Inkuisisi bukanlah kristenisasi, melainkan pengusiran seluruh umat Islam dari Iberia.

Berbagai perlawanan pun bergelora di kota-kota di Spanyol. Akan tetapi, rezim setempat dapat memadamkan satu per satu pemberontakan yang terjadi. Sering kali, penguasa menggunakan cara-cara yang sangat kejam dan jauh dari rasa kemanusiaan, semisal membakar orang hidup-hidup. 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement