Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fergi Nadira Bachruddin

Lebaran, Leburan, Luberan, Laburan

Agama | Wednesday, 12 May 2021, 04:22 WIB
Maniaco D'amore

Penghujung Ramadhan tiba. Umat Muslim kembali dihadapkan dengan konsekuensi yang tak terhindarkan, yakni evaluasi diri dan resolusi Idul Fitri.

Makna Idul Fitri kembali dipertanyakan dan kembali diejawantahkan ke dalam kehidupan diri sendiri, sesama manusia, dunia, bahkan alam semesta.

Idul Fitri di Indonesia, terlebih di pulau Jawa dikenal dengan istilah Lebaran yang sangat identik dengan ketupat, yang dalam bahasa Jawa Kupat. Orang Jawa bilang, ketupat atau kupat memiliki makna batin mendalam bagi diri. Tak hanya sekedar disantap, tapi memiliki filosofi yang menghantarkan pada esensi Idul Fitri dalam Islam.

Ditilik dari berbagai sumber, Kupat merupakan kependekan dari sejumlah frasa.

Pertama, Kupat adalah "keadaan waktu dan tempat" yang bermakna, bertaqwa-lah manusia dalam keadaan waktu dan tempat di manapun dan kapanpun tanpa pandang silih.

"Yaa ayyuhaa alladziina aamanuu kutiba 'alaykumu alshshiyaamu kamaa kutiba 'alaa alladziina min qablikum la'allakum tattaquuna." QS. Al Baqarah: 183

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.

Dalam ayat berpuasa tersebut tujuannya jelas, agar manusia senantiasa bertaqwa. Bertaqwa di sini dimaknai dalam waktu kapanpun dan di manapun. Jangan hanya di pengajian saja bertaqwa, ketika di luar pengajian juga terus dipakai ketaqwaanya, bukan dilupakan.

Kedua, Kupat merupakan kependekan dari "ngaku lepat". Dalam bahasa Jawa, ngaku lepat berarti mengakui kesalahan dan meminta permohonan maaf. Ini dapat diambil dari makna sungkeman kepada orangtua atau orang yang dihormati maupun yang memiliki kesalahan

Ketiga, Kupat merupakan kependekan dari "laku papat". Laku papat dalam Islam ada empat, yakni syariat, tarekat, hakekat, dan makrifat. Sementara laku papat dalam Jawa terbagi empat, yakni lebaran, leburan, luberan, dan laburan.

Lebaran bermakna selesai. Kata itu menandai berakhirnya puasa selama satu bulan penuh. Berasal dari lebar, artinya lapang dadanya, zakat fitrahnya terbayar, dan pintu ampunan terbuka lebar.

Leburan bermakna melebur. Kata itu menjadi penyejuk bahwa dosa-dosa manusia selama ramadhan luluh di hadapan Allah SWT. Ini juga menjadi makna dari saling silang maaf antara dari kita. Mohon maaf lahir dan batin, jiwa dan raga, hingga asa dan rasa.

Luberan bermakna melimpah. Berasal dari kata luber artinya melimpah. Dalam artinya, kita melimpahkan rasa maaf kita kepada orang yang memohon maaf, dan begitupun sebaliknya. Luberan juga merupakan simbol sedekah yang mewujud dari zakat.

Laburan bermakna pemutihan diri. Kata Laburan berasal dari kata labur atau kapur. Kapur adalah putih, biasa dipakai untuk air, dan ini saat nya momen untuk pemutihan diri. Maknanya agar manusia menjaga kesucian lahir dan batin dalam dirinya di hari yang Fitri.

Ketupat tentu tidak hanya sendiri terpampang di meja makan. Ketupat ditemani sayur yang dalam proses pembuatannya kalau orang Jawa bilang, digodog semalaman, dimasak dengan seksama, dan dihidangkan dengan gairah.

Digodog, dimasak, dan dihidangkan bermakna bahwa kita menjalankan puasa sebulan penuh digodog (menahan makan, minum, nafsu dan ego) untuk menjadi suci. Kemudian diolah hati dan pikiran dalam sebulan penuh Ramadhan sampai senantiasa menjadi tenang dan damai di hari Idul Fitri, sehingga pada akhirnya melihat diri dengan lapang.

Ramadhan dan Lebaran kali ini masih diliputi oleh oasis pandemi Covid-19. Meski berat, Ramadhan dan Lebaran kini tetap dapat menjadi ranah kontemplasi diri untuk berhadapan dengan evaluasi diri dan resolusi Idul Fitri.

Momen Ramadhan jelas saatnya umat manusia menjadi terkendali bagi pikiran, perkataan, dan perbuatannya. Apalagi di masa pandemi. Adapun momen Ramadhan dan Lebaran di masa pandemi dilakukan dengan intropeksi diri dengan melihat sejujurnya ke dalam diri. Dari situ, manusia mulai menyadari keterbatasan dirinya bahkan kemampuan dirinya sebagai bagian dari pendewasaan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image