Kamis 13 May 2021 14:10 WIB

Makan Sarden Sekali Sepekan Kurangi Risiko Diabetes

Manfaat diet sarden tidak hanya terbatas pada lansia yang berisiko.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Manfaat diet sarden tidak hanya terbatas pada lansia yang berisiko.
Foto: realfood tesco
Manfaat diet sarden tidak hanya terbatas pada lansia yang berisiko.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian baru mengungkap jenis makanan yang berpotensi mengurangi risiko terkena diabetes. Menyantapnya minimal sekali sepekan secara rutin dapat memberikan dampak positif tersebut.

Makanan tersebut adalah ikan sarden, yang bukti ilmiahnya diulas dalam studi dari Spanyol yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Nutrition. Riset melibatkan 152 pasien berusia 65 tahun atau lebih yang didiagnosis prediabetik.

Baca Juga

Mereka menjalani program nutrisi untuk membantu mencegah penyakit diabetes. Satu kelompok peserta diminta menyantap 200 gram sarden (setara dengan dua kaleng) setiap pekan. Mereka makan ikan utuh untuk asupan vitamin D dan kalsium.

Sebelum penelitian, 27 persen dari kelompok yang tidak ditugaskan makan sarden berisiko tinggi terkena diabetes, sementara 37 persen pada kelompok pemakan sarden berisiko tinggi terkena diabetes. Hasilnya ditinjau setelah satu tahun.

Kelompok yang tidak makan sarden mengalami penurunan lima persen dalam jumlah pasien yang berisiko tinggi menjadi diabetes (menjadi 22 persen). Pada kelompok pemakan sarden, risiko diabetes turun 29 persen (menjadi delapan persen).

Ada pula manfaat kesehatan selain risiko diabetes yang menurun pada kelompok pemakan sarden. Peneliti mencatat penurunan kadar trigliserida, tekanan darah, indeks resistensi insulin, serta peningkatan kolesterol "baik" dan hormon adiponektin.

Penulis utama studi, Diana Diaz Rizzolo, menganggap temuan itu sangat penting. Terlebih, sangat mudah untuk merekomendasikan makan sarden selama pemeriksaan medis, dan makanan itu diterima secara luas oleh populasi.

"Sarden tidak hanya memiliki harga terjangkau dan mudah ditemukan, tetapi juga aman dan membantu mencegah timbulnya diabetes tipe dua," ungkap dosen dan peneliti dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitat Oberta de Catalunya (UOC) itu.

Penelitian memang dilakukan pada peserta usia 65 tahun ke atas, tetapi manfaat diet sarden tidak hanya terbatas pada lansia yang berisiko. Rizzolo percaya efek pencegahan serupa bisa dijumpai pada populasi yang lebih muda.

Akan tetapi, dia dan timnya menekankan bahwa konsumsi suplemen tidak akan memiliki efek yang sama seperti makan sarden. Walaupun suplemen bisa juga mengasup kalsium, vitamin D, minyak lemak omega 3, dan taurin, tapi manfaatnya tidak sama.  

"Sarden akan memiliki elemen pelindung karena kaya akan nutrisi yang disebutkan, sedangkan nutrisi yang diambil secara terpisah dalam bentuk suplemen tidak akan berfungsi pada tingkat yang sama," ujar Rizzolo, dikutip dari laman Best Life Online, Selasa (11/5).

Studi terpisah dari American Academy of Neurology yang terbit di jurnal Neurology pada 5 Mei, menunjukkan efek positif dari diet tinggi ikan untuk meningkatkan kesehatan otak. Jenis diet yang disoroti adalah diet Mediterania.

Pola makan dengan menu yang terdiri dari minyak zaitun extra virgin, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, dan bahan herbal itu terbukti meningkatkan kesehatan kognitif. Diet Mediterania diklaim sebagai faktor pelindung terhadap penurunan daya ingat.

Studi membandingkan 343 orang yang berisiko tinggi mengembangkan Alzheimer dengan 169 orang yang tidak memiliki kecenderungan terhadap penyakit tersebut. Penulis studi adalah Tommaso Ballarini dari Pusat Penyakit Neurodegeneratif Jerman (DZNE).

"Studi kami menunjukkan bahwa makan makanan yang tinggi lemak tak jenuh, ikan, buah-buahan dan sayuran, rendah susu dan daging merah dapat melindungi otak dari penumpukan protein yang dapat menyebabkan kehilangan ingatan dan demensia," kata Ballarini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement