Selasa 11 May 2021 18:35 WIB

Tim Hisab Rukyat Papua Laporkan tak Lihat Hilal Awal Syawal

Kemenag menggelar pemantauan hilal Syawal 1442 H di 88 titik secara nasional

Kemenag menggelar pemantauan hilal Syawal 1442 H di 88 titik secara nasional. Ilustrasi Petugas mengamati posisi hilal dengan menggunakan teropong dalam menentukan 1 Syawal 1442 H di Kantor wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta, Selasa (11/5).
Foto: Prayogi/Republika.
Kemenag menggelar pemantauan hilal Syawal 1442 H di 88 titik secara nasional. Ilustrasi Petugas mengamati posisi hilal dengan menggunakan teropong dalam menentukan 1 Syawal 1442 H di Kantor wilayah Kementerian Agama DKI Jakarta, Selasa (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA— Tim Hisab Rukyat Papua untuk menentukan Idul Fitri 1442 HijriYah tidak berhasil melihat hilal awal Syawal, setelah melakukan pengamatan di PLTU Holtekam, Distrik Muara Tami, Jayapura, Selasa (11/5) petang.

"Setelah tim melakukan pengamatan dan pemantauan diPLTU Holtekam, Distrik Muara Tami, Jayapura hingga pukul 17.33 WIT, hilal tidak terlihat akibat tertutup awan tebal," kata Kabid Haji dan Bimas Islam Kemenag Papua, Musa Narwawan kepada ANTARA di Jayapura, Selasa malam.

Baca Juga

Diakuinya bahwa ketinggian hilal minus lima derajat sehingga tidak terlihat akibat tertutup awan.Tim yang terdiri atasberbagai instansi, termasuk dari BMKG dan MUI Papua, melakukan pengamatan yang diawali pemasangan alat sejak pukul 16.30 WIT.Dengan tidak terlihatnyahilalitu, kata Musa Narwawan, maka hasilnya dilaporkan ke Jakarta yang akan dilanjutkan dengan sidang isbat untuk menentukan tibanya Idul Fitri 1422 Hijriah. 

Secara terpisah, Pakar astronomi dari Tim Unifikasi Kalender Hijriyah  Kementerian Agama Cecep Nurwendaya menegaskan bahwa tidak ada referensi empirik visibilitas (ketampakan) hilal awal Syawal 1442 H yang teramati di seluruh wilayah Indonesia pada hari Selasa, 11 Mei 2021. 

Hal ini disampaikan Cecep saat memaparkan data posisi hilal menjelang awal bulan Syawal 1442 H pada Sidang Isbat Awal Syawal 1442 H, di Auditorium HM Rasjidi, Gedung Kementerian Agama, Jakarta.

“Semua wilayah Indonesia memiliki ketinggian hilal negatif antara minus 5,6 sampai dengan minus 4,4 derajat. Hilal terbenam terlebih dahulu dibanding matahari,” terang Cecep, Selasa (11/5).

Cecep menuturkan, Kemeneterian Agama melakukan pengamatan hilal di 88 titik di seluruh Indonesia. Menurut Cecep, penetapan awal bulan hijriyah didasarkan pada rukyat dan hisab. Proses hisab sudah ada dan dilakukan hampir semua ormas Islam. “Saat ini, kita sedang melakukan proses rukyat, dan sedang menunggu hasilnya,” terang Cecep. 

Menurut perhitungan hisab, lanjut Cecep, awal Syawal 1442 H jatuh pada Kamis, 13 Mei 2021. Data ini menurutnya bersifat informatif. “Secara hisab, awal Syawal 1442 H jatuh pada hari Kamis, 13 Mei 2021. Ini sifatnya informatif, konfirmasinya menunggu hasil rukyat dan keputusan sidang isbat,” tambahnya. 

Dikatakan Cecep, rukyat adalah observasi astronomis. Karena itu, lanjut Cecep, harus ada referensinya. Cecep mengatakan bahwa kalau ada referensinya diterima, sedang kalau tidak berarti tidak bisa dipakai.  

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement