Puasakan Lisan, Telinga, Mulut, dan Syahwat Kita

Red: Nashih Nashrullah

Senin 10 May 2021 20:44 WIB

Puasa tak sekadar mehanan lapar dan dahaga selama Ramadhan. Ilustrasi Berpuasa Foto: Pixabay Puasa tak sekadar mehanan lapar dan dahaga selama Ramadhan. Ilustrasi Berpuasa

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh KH Ma’ruf Khozin*

Sang maestro sufi, Imam Abu Hamid Al Ghazali membagi puasa dalam tiga tingkatan yaitu sebagai berikut:

Baca Juga

اﻋﻠﻢ ﺃﻥ اﻟﺼﻮﻡ ﺛﻼﺙ ﺩﺭﺟﺎﺕ ﺻﻮﻡ اﻟﻌﻤﻮﻡ ﻭﺻﻮﻡ اﻟﺨﺼﻮﺹ ﻭﺻﻮﻡ ﺧﺼﻮﺹ اﻟﺨﺼﻮﺹ “Ketahuilah bahwa puasa terdiri dari tiga tingkat, puasa orang awam, puasa orang tertentu dan puasa orang-orang terpilih.” 

ﻭﺃﻣﺎ ﺻﻮﻡ اﻟﻌﻤﻮﻡ ﻓﻬﻮ ﻛﻒ اﻟﺒﻄﻦ ﻭاﻟﻔﺮﺝ ﻋﻦ ﻗﻀﺎء اﻟﺸﻬﻮﺓ ﻛﻤﺎ ﺳﺒﻖ ﺗﻔﺼﻴﻠﻪ “Puasa orang awam adalah menahan perut dari makan dan kemaluan dari syahwat.” 

ﻭﺃﻣﺎ ﺻﻮﻡ اﻟﺨﺼﻮﺹ ﻓﻬﻮ ﻛﻒ اﻟﺴﻤﻊ ﻭاﻟﺒﺼﺮ ﻭاﻟﻠﺴﺎﻥ ﻭاﻟﻴﺪ ﻭاﻟﺮﺟﻞ ﻭﺳﺎﺋﺮ اﻟﺠﻮاﺭﺡ ﻋﻦ اﻵﺛﺎﻡ “Puasa orang khusus adalah menahan telinga dari gunjingan, puasa mata dari penglihatan yang terlarang, puasa mulut dari perkataan yang dilarang, tangan, kaki dan semua organ tubuh dari perbuatan dosa.” 

ﻭﻣﺎ ﺻﻮﻡ ﺧﺼﻮﺹ اﻟﺨﺼﻮﺹ ﻓﺻﻮﻡ اﻟﻘﻠﺐ ﻋﻦ اﻟﻬﻀﻢ اﻟﺪﻧﻴﺔ ﻭاﻷﻓﻜﺎﺭ اﻟﺪﻧﻴﻮﻳﺔ ﻭﻛﻔﻪ ﻋﻤﺎ ﺳﻮﻯ اﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﺑﺎﻟﻜﻠﻴﺔ “Puasa orang-orang terpilih dari orang-orang pilihan adalah puasanya hati dari hal-hal yang hina dan pikiran dunia, dan mencegah dari hal selain Allah secara total.” (Ihya' Ulumiddin, 1/234) 

Di mana letak puasa kita? Idealnya di posisi kedua. Hal ini berdasarkan sejumlah argumentasi sebagai berikut: 

1. Hadits Nabi Muhammad ﷺ

ﻟﻴﺲ اﻟﺼﻴﺎﻡ ﻣﻦ اﻷﻛﻞ ﻭاﻟﺸﺮﺏ ﺇﻧﻤﺎ اﻟﺼﻴﺎﻡ ﻣﻦ اﻟﻠﻐﻮ ﻭاﻟﺮﻓﺚ (ﻛ ﻫﻖ) ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ "Hakikat puasa bukan dari makan dan minum. Puasa yang sempurna adalah dari perkataan yang tidak berguna dan perkataan buruk." (HR Hakim dan Al Baihaqi dari Abu Hurairah) 

2. Atsar sahabat

ﻗﺎﻝ ﺟﺎﺑﺮ: «ﺇﺫا ﺻﻤﺖ ﻓﻠﻴﺼﻢ ﺳﻤﻌﻚ ﻭﺑﺼﺮﻙ ﻭﻟﺴﺎﻧﻚ ﻋﻦ اﻟﻜﺬﺏ ﻭاﻟﻤﺂﺛﻢ، ﻭﺩﻉ ﺃﺫﻯ اﻟﺨﺎﺩﻡ ﻭﻟﻴﻜﻦ ﻋﻠﻴﻚ ﻭﻗﺎﺭ ﻭﺳﻜﻴﻨﺔ ﻳﻮﻡ ﺻﻴﺎﻣﻚ، ﻭﻻ ﺗﺠﻌﻞ ﻳﻮﻡ ﻓﻄﺮﻙ ﻭﻳﻮﻡ ﺻﻴﺎﻣﻚ ﺳﻮاء

Jabir berkata, "Jika kau puasa maka puasalah telingamu, pandanganmu dan mulutmu dari dusta dan perbuatan dosa. Jangan sakiti pembantu. Lakukanlah puasamu dengan semangat dan ketenangan. Jangan samakan hari Fitrimu dan hari puasamu." (Syuab Al-Iman)

 

*Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa Timur dan Direktur Aswaja Center PWNU Jatim.