Senin 10 May 2021 19:03 WIB

Taliban Peringatkan AS Soal Langgar Perjanjian Perdamaian

Taliban memperingatkan tentang konsekuensi jika pelanggaran terus berlanjut.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Pasukan Taliban masa kini.
Foto: google.com
Pasukan Taliban masa kini.

IHRAM.CO.ID, KABUL – Pemimpin Taliban Hibatullah Akhundzada menyebut Amerika Serikat (AS) telah melanggar perjanjian damai yang dicapai kedua belah pihak di Doha, Qatar, tahun lalu. Taliban memperingatkan tentang konsekuensi jika pelanggaran tersebut terus berlanjut.

"Sayangnya, pihak Amerika sejauh ini telah berulang kali melanggar perjanjian yang ditandatangani dan menyebabkan kerugian manusia serta material yang sangat besar bagi warga sipil," kata Akhundzada pada Ahad (9/5), dikutip laman Anadolu Agency. Dia tak pernah terlihat di depan umum selama bertahun-tahun.

Akhundzada mengatakan jika gagal memenuhi komitmennya, AS harus bertanggung jawab atas konsekuensinya. Kendati demikian, dia memuji keputusan Washington menarik pasukannya dari Afghanistan. Menurutnya itu merupakan langkah yang baik.

Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan akan memulangkan seluruh pasukannya yang berada di Afghanistan pada 11 September mendatang. Hal itu sekaligus memperingati 20 tahun serangan terhadap gedung World Trade Center. Selama ini pasukan AS telah menjadi sekutu utama Pemerintah Afghanistan dalam memerangi Taliban.

Bulan lalu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menawarkan pembagian kekuasaan kepada Taliban. Namun kelompok tersebut harus terlebih dulu mengakhiri peperangan dan pertumpahan darah.

"Tak seorang pun di Afghanistan dapat memaksakan kehendak kepada rakyat melalui perang dan kekerasan. Inilah saatnya bagi Taliban untuk menyerah perang dan beralih ke mekanisme demokrasi untuk berbagi kekuasaan," kata Ghani dalam pidato peringatan 29 tahun penggulingan pemerintahan pro-Uni Soviet yang disiarkan televisi pada 28 April lalu.

Ghani mengungkapkan dia ingat Afghanistan jatuh ke dalam kekacauan politik dan keamanan serta menyaksikan kehancuran setelah “jihad” yang berhasil melawan Tentara Merah. “Afghanistan sekali lagi menghadapi keadaan kritis. Keberhasilan jihad adalah karena kerukunan antara rakyat dan persatuan nasional. Demikian pula, kita bisa mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan adil melalui suara yang kohesif dan bersatu,” ucapnya.

Sebelum memulai pembicaraan damai dengan Pemerintah Afghanistan, Taliban memang menghendaki agar pasukan asing terlebih dulu meninggalkan negara tersebut. Utusan Khusus AS untuk Afghanistan Zalmay Khalilzad mengatakan Washington dan sekutunya akan menjatuhkan sanksi kepada Taliban jika mereka berusaha mengambil alih militer Afghanistan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement